Industri asuransi jiwa Indonesia menorehkan prestasi gemilang di tahun 2024. Pendapatan premi mencapai angka fantastis, Rp 185,39 triliun! Kenaikan ini sebesar 4,3% dibandingkan tahun sebelumnya, sebuah lompatan signifikan yang mengukuhkan posisi sektor ini sebagai pilar penting perekonomian nasional. infomalang.com/ melaporkan, Ketua Dewan Pengurus Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI), Budi Tampubolon, mengungkapkan kunci keberhasilan ini.
Baca Juga :Ribuan Komoditas Ekspor RI Wajib Parkir Dolarnya di Dalam Negeri!
Pertumbuhan tersebut ditopang oleh dua pilar utama: premi bisnis baru yang mencapai Rp 108,32 triliun dan premi lanjutan sebesar Rp 77,07 triliun. Keduanya menunjukkan peningkatan 4,3%. Lebih rinci lagi, asuransi tradisional menjadi kontributor terbesar dengan pertumbuhan 18,7% dan total premi Rp 110,36 triliun atau 59,5% dari total keseluruhan. Sisanya, 40,5%, disumbang oleh unit link.

Produk asuransi syariah juga ikut mencatatkan pertumbuhan positif, naik 10,4% menjadi Rp 22,61 triliun. Hal ini menunjukkan meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya produk keuangan berbasis syariah. Bukan hanya pendapatan premi yang menanjak, jumlah tertanggung pun mengalami lonjakan dramatis. Tercatat sebanyak 154,64 juta orang, meningkat 80,1% dibandingkan tahun sebelumnya. Pertumbuhan ini terutama didorong oleh segmen tertanggung kumpulan yang melesat 107,7% menjadi 133,05 juta orang.
“Peningkatan ini menunjukkan semakin luasnya jangkauan proteksi asuransi kepada masyarakat, terbantu oleh fasilitas dari berbagai perusahaan dan organisasi,” jelas Budi dalam Paparan Kinerja Industri di Jakarta, Jumat (28/2/2025).
Dari sisi permodalan, total aset industri asuransi jiwa mencapai Rp 616,75 triliun, naik 0,7% dibandingkan tahun sebelumnya. Angka ini lebih tinggi dari pertumbuhan tahun sebelumnya yang hanya 0,3%. Total investasi juga meningkat menjadi Rp 541,40 triliun, naik 0,2%. Investasi terbesar berasal dari Surat Berharga Negara (SBN), mengalami peningkatan 11,9% dengan total kontribusi Rp 205,03 triliun (37,9% dari total investasi). Saham dan reksa dana masing-masing berkontribusi 24,7% dan 12,9% dari total portofolio investasi. Keberhasilan ini menunjukkan kinerja industri asuransi jiwa yang solid dan optimisme di masa mendatang.
Baca Juga : Rahasia BPJS: Lebih Baik dari AS?















