Suaramedia.id – Kisah hidup Masagung atau Tjio Wie Tay, taipan Indonesia keturunan Tionghoa pemilik Toko Buku Gunung Agung, menyimpan misteri yang menarik. Di puncak kesuksesannya pada tahun 1970-an, kala Gunung Agung bukan hanya imperium buku, tapi juga merambah pariwisata, perhotelan, dan penukaran uang, Masagung justru dilanda keresahan batin yang mendalam. Kekayaan melimpah yang menghasilkan pajak grup hingga Rp 200 juta, bea cukai Rp 2 miliar, belum termasuk pajak pendapatan ribuan karyawannya, justru membuatnya takut. Bukan takut kehilangan, melainkan takut akan dosa.
infomalang.com/ mencatat, Masagung, kala itu berusia 50 tahun, merasa kekayaannya bisa menjadi jalan menuju maksiat. Kegelisahannya terobati setelah bertemu Ibu Tien Fuad Muntaco, sosok yang disebut pakar hipnotisme dan telepati. Pertemuan ini menjadi titik balik hidupnya. Ia pun memutuskan untuk memeluk agama Islam, setelah sebelumnya menganut agama Hindu.

Setelah menjadi mualaf, Masagung mengalami transformasi spiritual yang luar biasa. Seperti yang dikutip dari berbagai sumber, ia mendirikan Yayasan Jalan Terang, yang fokus pada pembangunan masjid, rumah sakit, dan museum Wali Songo. Ia juga aktif berdakwah di masjid-masjid Jakarta dan menerbitkan buku-buku Islami. Dedikasi Masagung pada penyebaran ajaran Islam berlangsung hingga akhir hayatnya pada 24 September 1990. Kisah hidupnya menjadi bukti bahwa kekayaan tak selamanya menjadi ukuran kebahagiaan, dan jalan menuju ketenangan jiwa bisa datang dari arah yang tak terduga.















