Rencana pemerintah menaikkan tarif royalti mineral dan batu bara (minerba) menimbulkan perdebatan sengit. Apakah kebijakan ini akan menghambat program hilirisasi yang tengah digenjot? Pertanyaan ini menjadi sorotan utama setelah munculnya wacana kenaikan tersebut.
Alexander Barus, Ketua Forum Industri Nikel Indonesia (FINI), mengungkapkan kekhawatirannya. Dalam wawancara eksklusif di program Closing Bell, Senin (21/04/2025), ia menekankan perlunya peninjauan ulang yang cermat terhadap rencana kenaikan tarif royalti nikel. Menurutnya, potensi gangguan terhadap hilirisasi tetap ada, meskipun peluang keberhasilan masih terbuka lebar. Kunci utamanya, kata Barus, terletak pada manajemen agar tidak terjadi kelebihan pasokan (oversupply) di pasar.
Baca Juga: Rahasia di Balik Booming Pinjol: UMKM Lebih Pilih Pinjaman Online daripada Bank!

Lebih lanjut, Barus—yang diwawancarai Maria Katarina—menjelaskan secara detail pandangannya terkait dampak potensial dari kebijakan ini terhadap industri nikel nasional. Video wawancara lengkapnya dapat disaksikan di infomalang.com/ untuk mendapatkan gambaran yang lebih komprehensif. Pertanyaan krusialnya kini: apakah pemerintah mampu menyeimbangkan penerimaan negara dengan keberlangsungan program hilirisasi yang strategis bagi perekonomian Indonesia?
Baca Juga: Lo Kheng Hong Pernah Hampir Bangkrut! Rahasianya Selamat dari Krisis 1998?















