Suaramedia.id – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memberikan peringatan serius kepada industri asuransi kredit di Indonesia terkait potensi dampak negatif dari perang tarif yang dipicu Amerika Serikat (AS). infomalang.com/ sebelumnya memberitakan potensi peningkatan risiko klaim asuransi kredit, khususnya bagi perusahaan yang kegiatan impor-ekspornya bergantung pada AS.
Kepala Eksekutif Pengawas Perasuransian, Penjaminan dan Dana Pensiun (KEPPDP) OJK, Ogi Prastomiyono, dalam keterangan tertulisnya Jumat (25/4), menyatakan bahwa perang tarif berpotensi meningkatkan risiko klaim asuransi kredit dan berdampak signifikan pada arus kas perusahaan terkait. Hal ini mendorong OJK untuk mengimbau perusahaan asuransi agar segera melakukan peninjauan ulang profil risiko dan memperkuat proses underwriting guna meminimalisir potensi kerugian.
Sebagai langkah antisipatif, OJK telah menerbitkan POJK Nomor 20 Tahun 2023 tentang Produk Asuransi yang Dikaitkan dengan Kredit atau Pembiayaan Syariah dan Produk Suretyship atau Suretyship Syariah. Aturan ini mewajibkan perusahaan asuransi kredit memiliki ekuitas minimal Rp 250 miliar (untuk asuransi umum konvensional) dan Rp 100 miliar (untuk asuransi umum syariah), atau 150% dari ketentuan ekuitas yang berlaku sebelumnya. Selain itu, rasio likuiditas juga ditingkatkan menjadi minimal 150% untuk menciptakan buffer yang cukup terhadap arus kas perusahaan.
Data OJK menunjukkan rasio klaim asuransi kredit per Februari 2025 mencapai 83,4%, meningkat dari 77,4% pada Desember 2024. Meskipun masih di bawah 100%, peningkatan ini tetap menjadi perhatian serius. OJK menekankan pentingnya kewaspadaan dan langkah proaktif dari industri asuransi kredit dalam menghadapi dampak potensial perang tarif AS.
Baca juga: Raih Cuan Fantastis! BSI Kuasai Pasar Emas Berkat Strategi Jitu
