Breaking

Kenapa Nilai TKA Matematika 2025 Rendah Ini Analisis Mendikdasmen tentang Penyebab Utamanya

infomalang – Hasil Tes Kemampuan Akademik (TKA) jenjang SMA Tahun 2025 memicu kekhawatiran serius di sektor pendidikan nasional setelah nilai TKA Matematika tercatat sebagai yang paling rendah dibandingkan mata pelajaran wajib lainnya (Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris).

Menanggapi temuan ini, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Abdul Mu’ti, dalam keterangannya di Jakarta, menegaskan bahwa persoalan ini bukanlah indikasi rendahnya intelektualitas siswa, melainkan kegagalan sistemik dalam metode pengajaran dan ketersediaan bahan ajar.

Penurunan drastis nilai TKA Matematika ini menuntut perbaikan mendesak pada sistem pembelajaran untuk mengembalikan minat dan kemampuan numerasi peserta didik.

Akar Masalah Ada pada Metode dan Bahan Ajar

Mendikdasmen Abdul Mu’ti mengidentifikasi dua pemicu utama di balik jebloknya skor Matematika TKA 2025:

  1. Ketidaksesuaian Bahan Ajar: Mu’ti menyoroti bahwa buku pelajaran Matematika yang digunakan saat ini belum sepenuhnya mengadopsi pendekatan yang menarik, interaktif, dan aplikatif. Akibatnya, siswa kesulitan menghubungkan konsep Matematika yang diajarkan dengan situasi nyata sehari-hari, membuat pembelajaran terasa monoton dan abstrak.

  2. Metode Mengajar Guru: Metode pengajaran yang kurang inovatif dan kurang melibatkan partisipasi aktif siswa dinilai gagal menumbuhkan rasa ingin tahu dan kesenangan dalam menjelajahi dunia Matematika. Ketika proses belajar tidak menyenangkan, motivasi siswa untuk mengasah kemampuan numerik cenderung menurun.

Rendahnya Budaya Numerasi dan Persepsi Negatif

Faktor mendasar lainnya yang memperburuk nilai TKA Matematika adalah rendahnya budaya numerasi di kalangan pelajar.

Mayoritas siswa telah memiliki persepsi negatif bahwa Matematika adalah pelajaran paling sulit, sehingga mereka cenderung menghindarinya.

Persepsi ini secara langsung menurunkan motivasi belajar dan berujung pada lemahnya kemampuan siswa dalam menghadapi soal bertingkat menengah hingga kompleks.

Baca Juga: Peran Orang Tua dan Guru dalam Melindungi Anak dari Tindakan Bullying

Pemerintah mendorong sekolah untuk mulai menerapkan pembelajaran STEM (Science, Technology, Engineering, and Math) secara lebih menyenangkan.

Pendekatan STEM diharapkan dapat mengubah pola pikir siswa, mengajak mereka berpikir kritis, logis, dan kreatif melalui proses belajar yang aplikatif dan dekat dengan kehidupan nyata.

Gerakan Numerasi Nasional sebagai Solusi Sistemik

Sebagai respons terhadap rendahnya nilai TKA Matematika, Pemerintah mulai menggulirkan inisiatif besar melalui Gerakan Numerasi Nasional. Program ini dirancang untuk:

  • Membangun Budaya Numerasi: Membiasakan siswa untuk tidak hanya mahir berhitung, tetapi juga mampu menganalisis informasi berbasis data, mengambil keputusan logis, dan menyelesaikan masalah praktis.

  • Mengurangi Kesenjangan Mutu: Gerakan ini juga bertujuan untuk mempersempit kesenjangan mutu pendidikan antara wilayah desa dan kota, serta antarjenis sekolah, yang selama ini menjadi faktor tambahan yang memengaruhi prestasi siswa.

Arah Peningkatan Kualitas Pendidikan

Mu’ti menekankan bahwa perbaikan sistem harus dilakukan secara menyeluruh, tidak hanya berhenti pada evaluasi TKA. Langkah-langkah ke depan akan mencakup:

  • Peningkatan Kualitas Bahan Ajar: Restrukturisasi buku pelajaran agar lebih interaktif dan relevan dengan konteks sehari-hari.

  • Penguatan Kompetensi Guru: Pelatihan intensif bagi guru untuk mengadopsi metode pembelajaran yang lebih partisipatif dan berbasis pemecahan masalah.

Fokus juga diberikan pada peningkatan kualitas lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) mengingat keterampilan analitis dan numerasi sangat dibutuhkan untuk bersaing di era Revolusi Industri 4.0.

Baca Juga: Cara Mengembangkan Bisnis Online dengan Cepat untuk Pemula