Kinerja perusahaan farmasi milik negara menjadi sorotan tajam Komisi VI DPR RI. PT Indofarma (INAF) tersandung masalah pelik, yaitu penggunaan pinjaman online (pinjol) dan PT Kimia Farma (KAEF) yang menunggak gaji sekitar 12.000 karyawannya. Situasi ini memicu kekhawatiran dan pertanyaan serius dari anggota dewan.
Imas Aan Ubudiah, anggota DPR RI Komisi VI, mengungkapkan keprihatinannya terhadap penggunaan pinjol oleh INAF yang melibatkan data karyawan. Meskipun rencana direksi kedua perusahaan dinilai bagus, Imas mengaku ragu akan kemampuan mereka mengatasi masalah ini. “Melihat wajah-wajah jajaran Kimia Farma dan Indofarma, saya ragu mereka bisa menyelamatkan perusahaan yang nyaris karam,” tegas Imas dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi VI DPR RI dengan PT Bio Farma (Persero), Kamis (8/5/2025).
Baca Juga: Rahasia IPO Anak Usaha Barito Pacific Terungkap!

Keraguan Imas diperkuat oleh jejak digital di media sosial. “Jejak digital di media sosial sulit dihapus. Seorang pemimpin sampai rela mengorbankan karyawannya untuk pinjol, ini sangat memprihatinkan,” tambahnya.
Lebih lanjut, Imas menyoroti kerugian KAEF yang mencapai Rp 421,8 miliar pada kuartal III-2024, meningkat drastis 137,9% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. KAEF yang mengelola 1.054 apotek, masih menunggak gaji 12.000 karyawannya. “Apakah 12.000 pegawai ini termasuk yang gajinya belum dibayar? Bayangkan, jutaan netizen membaca berita ini, sedangkan karyawan kesulitan untuk membeli beras saja,” ujar Imas. Ia juga menambahkan bahwa meskipun pelayanan KAEF di daerah pemilihannya (Garut dan Tasikmalaya) baik, harga obat-obatannya kurang kompetitif.
Sementara itu, INAF juga membukukan kerugian bersih Rp 166,48 miliar hingga September 2024, meskipun angka ini lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Kondisi keuangan kedua BUMN farmasi ini jelas membutuhkan perhatian serius dan solusi segera. Kasus ini menjadi bukti nyata tantangan yang dihadapi BUMN dalam pengelolaan keuangan dan kesejahteraan karyawan.
Baca Juga: Harga Minyak Naik! Perang Dagang AS-China Jadi Penentu?















