infomalang.com/ – Indonesia baru-baru ini tercatat turun ke posisi 7 dalam peringkat adopsi kripto global menurut laporan terbaru Chainalysis. Perubahan posisi ini menimbulkan banyak pertanyaan, terutama karena Indonesia sebelumnya dikenal sebagai salah satu negara dengan basis pengguna kripto terbesar di dunia.
Faktor Penyebab Indonesia Turun ke Peringkat 7 dalam Adopsi Kripto Dunia tidak semata-mata karena minat masyarakat menurun, melainkan lebih pada perubahan metodologi dalam penyusunan indeks. Hal ini menjadi penting dipahami agar masyarakat tidak salah menilai kondisi pasar kripto di dalam negeri.
Menurut laporan tersebut, salah satu faktor utama adalah adanya penambahan sub-indeks baru yang mengukur aktivitas institusional. Transaksi bernilai lebih dari 1 juta dolar kini mendapat bobot besar dalam penilaian, sehingga negara dengan partisipasi institusi lebih kuat otomatis terdorong peringkatnya.
Negara Pesaing yang Melesat
Negara-negara besar seperti Amerika Serikat, India, dan Brasil mendapatkan keuntungan dari kondisi ini. Kehadiran produk-produk keuangan seperti ETF spot Bitcoin memberikan dorongan kuat, sementara Indonesia masih didominasi oleh aktivitas ritel dan DeFi. Inilah salah satu Faktor Penyebab Indonesia Turun ke Peringkat 7 dalam Adopsi Kripto Dunia.
Meskipun demikian, aktivitas ritel dan DeFi di Indonesia masih sangat masif. Namun, bobot penilaiannya dalam indeks terbaru kini lebih kecil, sehingga kontribusi riil Indonesia seolah-olah terlihat menurun. Padahal, kenyataannya adopsi kripto di tingkat masyarakat masih sangat tinggi.
CEO Tokocrypto, Calvin Kizana, menegaskan bahwa penurunan peringkat ini bukan berarti minat masyarakat melemah. Sebaliknya, hal ini mencerminkan bahwa lanskap kripto global semakin kompetitif. Faktor Penyebab Indonesia Turun ke Peringkat 7 dalam Adopsi Kripto Dunia harus dipahami dalam konteks persaingan yang lebih luas.
Baca Juga:Pajak Kripto 2024 Melonjak Drastis, Indonesia Catat Kenaikan 181% dari Tahun Sebelumnya
Potensi Indonesia Masih Besar
Dengan jumlah penduduk yang besar, penetrasi digital tinggi, dan generasi muda yang akrab dengan aset digital, Indonesia tetap menjadi pasar potensial. Potensi ini menunjukkan bahwa posisi Indonesia di dunia kripto masih sangat kuat meskipun ada perubahan dalam indeks.
Namun, salah satu Faktor Penyebab Indonesia Turun ke Peringkat 7 dalam Adopsi Kripto Dunia adalah lemahnya dukungan kelembagaan. Institusi keuangan besar di Indonesia belum banyak terlibat dalam ekosistem kripto. Hal ini berbeda dengan negara lain yang sudah mengintegrasikan produk-produk kripto di pasar modal mereka.
Selain itu, regulasi yang masih berkembang membuat langkah institusi untuk masuk ke dunia kripto lebih lambat. Meski Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) sudah mengatur aset kripto, namun integrasi dengan lembaga keuangan besar masih jauh dari optimal.
Langkah yang Perlu Dilakukan Indonesia
Untuk memperbaiki posisi ini, Indonesia perlu memperkuat peran institusi di pasar kripto. Dengan begitu, kontribusi dari sisi kelembagaan dapat melengkapi dominasi ritel yang sudah ada. Inilah salah satu strategi untuk mengatasi Faktor Penyebab Indonesia Turun ke Peringkat 7 dalam Adopsi Kripto Dunia.
Pemerintah juga didorong untuk memberikan kerangka regulasi yang lebih jelas dan mendukung perkembangan produk keuangan berbasis kripto. Tanpa regulasi yang matang, institusi akan ragu untuk masuk lebih dalam. Hal ini menjadi tantangan besar yang perlu segera dijawab.
Selain regulasi, edukasi juga memegang peran penting. Meskipun masyarakat ritel di Indonesia sudah banyak mengenal kripto, pemahaman tentang manfaat investasi institusional masih minim. Edukasi ini penting agar ekosistem dapat tumbuh seimbang antara ritel dan kelembagaan.
Momentum untuk Berbenah
Calvin Kizana menambahkan, Faktor Penyebab Indonesia Turun ke Peringkat 7 dalam Adopsi Kripto Dunia harus dijadikan pengingat bahwa kecepatan dalam beradaptasi sangat menentukan. Jika Indonesia lambat, maka negara lain akan terus melesat jauh ke depan.
Meski begitu, peluang Indonesia masih terbuka lebar. Dengan populasi digital yang masif dan adopsi teknologi finansial yang cepat, Indonesia bisa kembali meraih posisi lebih tinggi. Syaratnya, strategi yang tepat harus segera diterapkan.
Penguatan sisi kelembagaan menjadi kunci. Jika hal ini dilakukan, maka kombinasi kekuatan ritel dan institusi bisa mendorong Indonesia kembali masuk jajaran lima besar. Penurunan peringkat hanyalah alarm untuk melakukan perbaikan, bukan tanda kemunduran.
Secara keseluruhan, Faktor Penyebab Indonesia Turun ke Peringkat 7 dalam Adopsi Kripto Dunia lebih banyak berkaitan dengan metodologi baru, lemahnya peran institusi, serta kompetisi global yang semakin ketat. Indonesia tetap menjadi pasar strategis dengan potensi besar di masa depan.
Dengan langkah cepat, penguatan regulasi, dan dorongan partisipasi institusional, Indonesia berpeluang memperbaiki peringkat di tahun-tahun mendatang. Yang terpenting adalah menjaga keseimbangan antara kekuatan ritel yang sudah mapan dengan dukungan lembaga keuangan.
Pada akhirnya, Faktor Penyebab Indonesia Turun ke Peringkat 7 dalam Adopsi Kripto Dunia tidak boleh dianggap sebagai kegagalan. Sebaliknya, ini adalah momentum untuk berbenah agar Indonesia bisa bersaing lebih kuat dalam ekosistem kripto global yang terus berkembang.
Baca Juga:Proyeksi APBD Kota Malang 2026 Diperkirakan Sentuh Rp 2,3 Triliun















