Raksasa teknologi Google tak main-main dalam kebijakan kerjanya. Mereka memberikan ultimatum kepada karyawan yang bekerja dari rumah (WFH): kembali ke kantor, mengundurkan diri, atau menghadapi pemecatan. Informasi ini terungkap dari dokumen internal yang diperoleh Infomalang.com.
Beberapa divisi di Google telah memerintahkan karyawan remote untuk menerapkan skema kerja hybrid. Peringatan ini bahkan berlaku bagi karyawan yang sebelumnya telah diizinkan bekerja penuh dari rumah. Langkah tegas ini diambil seiring meredanya pandemi dan upaya perusahaan untuk meningkatkan efisiensi biaya, terutama dengan fokus besar pada pengembangan kecerdasan buatan (AI).
Baca Juga: Hati-Hati! Aturan Pinjol Baru 2025 Bakal Bikin Kamu Ketar-Ketir!
Investasi besar-besaran di bidang AI memaksa Google untuk memangkas biaya operasional. Pada awal 2025, Google menawarkan program pengunduran diri sukarela (voluntary buyout) kepada karyawan tetap di AS, khususnya bagi pekerja remote yang menolak kembali ke kantor minimal tiga hari seminggu. Jumlah karyawan Google sendiri telah menyusut dari sekitar 190.000 dua tahun lalu menjadi sekitar 183.000 di akhir 2024, sebagian akibat PHK massal awal 2023.
Tekanan untuk kembali ke kantor bahkan sampai ke level tertinggi. Salah satu pendiri Google, Sergey Brin, dalam memo internal meminta tim AI untuk bekerja di kantor setiap hari dengan target 60 jam per minggu, mengatakan Google harus “meningkatkan kecepatan” dalam persaingan AI.
Meskipun juru bicara Google, Courtenay Mencini, menegaskan bahwa keputusan ini ditentukan masing-masing tim, bukan kebijakan perusahaan secara keseluruhan, kenyataannya berbeda. Karyawan di Layanan Teknis Google, misalnya, diharuskan bekerja hybrid atau menerima paket pengunduran diri. Karyawan remote di unit ini bahkan ditawari biaya relokasi untuk pindah dalam radius 80 km dari kantor. Sementara itu, karyawan WFH di divisi sumber daya manusia (People Operations) yang berjarak 80 km dari kantor harus memilih kerja hybrid bulan ini atau menghadapi PHK. Mencini menambahkan bahwa mereka harus kembali ke kantor pada bulan Juni. Situasi ini menimbulkan pertanyaan besar tentang masa depan kerja fleksibel di perusahaan teknologi raksasa.