Breaking

Kerajaan Bisnis Salim Runtuh: Kisah Jatuhnya Konglomerat di Tengah Badai 98!

Sudono Salim alias Liem Sioe Liong, konglomerat Indonesia yang namanya harum berkat Salim Group, pernah merasakan puncak kejayaan hingga mengalami keterpurukan yang hampir menghancurkan seluruh bisnisnya. Perjalanan bisnisnya yang panjang, bahkan terjalin erat dengan Presiden Soeharto, berakhir tragis di tengah krisis moneter 1998.

Baca Juga : Masjid di Malang yang Bagikan Takjil Gratis, Cocok untuk Mahasiswa !

Hubungan Salim dengan Soeharto, yang berawal dari kerja sama penyediaan logistik saat Perang Kemerdekaan, menciptakan simbiosis mutualisme selama tiga dekade. Soeharto memberikan perlindungan, sementara Salim Group menyuplai dana bagi Soeharto, keluarganya, dan kroni-kroninya. Keberhasilan Salim membangun tiga kerajaan bisnis di sektor perbankan (BCA), bangunan (Indocement), dan makanan (Bogasari dan Indofood) menjadikan namanya bersanding dengan orang terkaya di Indonesia. Namun, kejayaan itu sirna dalam sekejap.

Kerajaan Bisnis Salim Runtuh: Kisah Jatuhnya Konglomerat di Tengah Badai 98!
Gambar Istimewa : awsimages.detik.net.id

Krisis 1998 menjadi titik balik. Penarikan dana massal di BCA akibat krisis kepercayaan membuat bank tersebut nyaris kolaps. Kedekatan Salim dengan Soeharto justru menjadi bumerang. Sentimen anti-Soeharto yang meluas memicu kerusuhan Mei 1998, yang menyasar aset-aset milik etnis Tionghoa, termasuk Salim.

Rumah mewah Salim di kawasan Roxy menjadi sasaran amuk massa. Meskipun Salim dan keluarganya berada di Amerika Serikat, putranya, Anthony Salim, harus menyaksikan rumahnya dibakar dan dijarah. Kantor-kantor BCA juga tak luput dari serangan, mengalami kerusakan parah dan kerugian miliaran rupiah. Indofood pun terkena imbas, dengan pabrik dan pusat distribusinya dijarah dan dibakar.

Situasi darurat memaksa Anthony Salim melarikan diri ke Singapura. Setelah kerusuhan mereda dan Soeharto lengser, BCA diambil alih pemerintah melalui BPPN. Salim Group kehilangan kendali atas BCA, dan hanya Indofood yang mampu bertahan.

Kini, 25 tahun berlalu, Salim Group bangkit kembali, mengembangkan bisnisnya di berbagai sektor, termasuk migas, konstruksi, dan perbankan. Kisah Salim menjadi pelajaran berharga tentang naik-turunnya dunia bisnis dan dampak politik terhadap perekonomian. Kejatuhan kerajaan bisnisnya mengingatkan kita akan betapa rapuhnya kesuksesan di tengah gejolak politik dan ekonomi.

Baca Juga : Rahasia di Balik US$2 Miliar: Mantan Ilmuwan OpenAI Bikin Perusahaan AI Super Canggih!