infomalang.com/ MALANG KOTA, Jawa Timur – Di tengah fluktuasi angka transaksi di sektor ritel, mal-mal di Malang Raya kini menemukan jurus jitu untuk menggenjot omzet dan meningkatkan kunjungan: mengandalkan tenant makanan dan minuman (F&B).
Sektor kuliner terbukti menjadi magnet kuat yang mampu menarik pengunjung, bahkan di saat sebagian besar tenant lainnya masih merasakan penurunan transaksi.
Fenomena ini mendorong manajemen mal untuk memperbanyak pilihan kuliner, dengan harapan dapat membangkitkan kembali gairah belanja di pusat perbelanjaan.
Strategi Matos: Targetkan Dominasi F&B Hingga 30 Persen
Malang Town Square (Matos) menjadi salah satu mal yang secara agresif menerapkan strategi ini. Menurut Mal Director Matos, Fifi Trisjanti, kontribusi kunjungan dan transaksi di malnya selalu disumbang oleh tenant F&B.
“Karena itu, penambahan sektor makanan dan minuman diharapkan bisa meningkatkan kunjungan dan penjualan,” ujar Fifi. Terutama, penambahan jenis makanan yang memiliki daya tarik pelanggan yang kuat.
Saat ini, Matos rata-rata dikunjungi sekitar 18 ribu warga pada hari biasa. Dengan memperbanyak tenant makanan, Fifi berharap angka kunjungan ini bisa melonjak lebih tinggi lagi.
Fifi mengungkapkan bahwa saat ini, tenant makanan dan minuman sudah mendominasi 15 persen dari total tenant yang ada di Matos.
Ambisi manajemen Matos tidak berhenti di situ; mereka berencana untuk meningkatkan proporsi tenant F&B hingga mencapai 30 persen dari total seluruh tenant.
Sebagai langkah konkret dalam mewujudkan strategi ini, Matos baru saja meresmikan pembukaan Ah Bang Kopitiam pada 14 Juli 2025. Kedai kopi tradisional ini menjadi tambahan menarik yang diharapkan dapat menarik segmen pasar yang lebih luas. Manajer Operasional Ah Bang Kopitiam, Yuliani, melihat pangsa pasar di Matos yang didominasi oleh mahasiswa sangat cocok dengan target konsumen mereka. “Harga kami juga cukup bersahabat, mulai Rp 18 ribu saja sesuai kantong mahasiswa,” kata Yuliani.
Sebelumnya, empat cabang Ah Bang Kopitiam menargetkan keluarga sebagai pasar utama. Namun, dengan masuk ke lingkungan mal seperti Matos, mereka ingin memperluas jangkauan ke segmen mahasiswa.
Yuliani juga menyadari bahwa untuk menarik pangsa pasar yang lebih luas, terutama pengunjung laki-laki, ketersediaan smoking area menjadi pertimbangan.
Fasilitas ini, yang biasanya disediakan kafe-kafe di luar mal, belum ada di dalam Matos, menjadi tantangan sekaligus peluang untuk pengembangan di masa depan.
MOG: F&B Sudah Jadi Tulang Punggung Sejak Lama
Baca Juga:Malang: 9 Pusat Belanja Oleh-oleh Favorit Wajib Dikunjungi!
Strategi yang diusung Matos ini sebenarnya sudah lebih dulu diterapkan oleh Mal Olympic Garden (MOG). MOG telah mengadopsi pendekatan serupa sejak lama, dan hasilnya pun terlihat jelas.
Saat ini, tenant makanan dan minuman di MOG sudah menempati porsi yang signifikan, yakni mencapai 25 persen dari total tenant yang ada di mal tersebut.
Angka ini mendekati target yang ingin dicapai oleh Matos, menunjukkan betapa pentingnya sektor F&B dalam ekosistem mal.
“Untuk penambahan (tenant makanan dan minuman) masih belum ada rencana, sebab okupansi kami sudah 99 persen,” ujar Leasing Executive PT Mustika Taman Olympic (MOG), Peptina Magdalena.
Tingginya tingkat okupansi ini mengindikasikan bahwa strategi yang berfokus pada F&B telah berhasil mengisi hampir seluruh ruang komersial yang tersedia di MOG.
Hal ini membuktikan bahwa investasi pada tenant kuliner adalah langkah yang tepat untuk menjaga vitalitas dan daya tarik sebuah pusat perbelanjaan.
Mengapa Sektor F&B Menjadi Andalan?
Ada beberapa alasan mengapa tenant makanan dan minuman menjadi “jagoan” baru bagi mal dalam mendongkrak transaksi:
- Kebutuhan Dasar: Makanan dan minuman adalah kebutuhan primer manusia. Kunjungan ke mal seringkali tidak hanya untuk berbelanja produk fashion atau elektronik, tetapi juga untuk mencari tempat makan atau bersantai.
- Pengalaman Sosial: Aktivitas makan dan minum seringkali menjadi kegiatan sosial. Orang datang ke mal bersama teman atau keluarga untuk menikmati makanan dan mengobrol, yang kemudian bisa dilanjutkan dengan berbelanja.
- Daya Tarik Unik: Beragam jenis kuliner, mulai dari makanan tradisional hingga hidangan internasional, serta konsep kafe yang instagramable, mampu menciptakan daya tarik tersendiri yang mengundang rasa penasaran.
- Frekuensi Kunjungan: Pengunjung cenderung lebih sering kembali ke mal untuk mencari makanan atau minuman favorit dibandingkan dengan membeli produk lain.
- Porsi Untung Menjanjikan: Meskipun margin keuntungan bisa bervariasi, bisnis F&B memiliki potensi keuntungan yang besar, terutama jika dikelola dengan baik dan memiliki basis pelanggan yang loyal.
Tren yang ditunjukkan oleh Matos dan MOG ini mengindikasikan pergeseran dalam model bisnis mal. Dari sekadar tempat belanja, mal kini berevolusi menjadi pusat gaya hidup yang menawarkan pengalaman lengkap, di mana kuliner memegang peran sentral.
Investasi pada sektor F&B bukan hanya strategi untuk meningkatkan omzet, tetapi juga untuk memastikan mal tetap relevan dan menjadi destinasi favorit di hati masyarakat.
Baca Juga:Dari Terkejut Harga ke Terpikat Hati: Kisah Anak Rantau di Malang














