Situasi global yang penuh ketidakpastian akibat perang tarif antara Amerika Serikat dan China turut menjadi perhatian PT Bukit Asam (Persero) Tbk. (PTBA). Direktur Utama PTBA, Arsal Ismail, dalam konferensi pers di Hotel Westin Jakarta, Senin (14/4), mengakui potensi dampak negatif terhadap permintaan batu bara global. infomalang.com/ sebelumnya memberitakan kebijakan tarif yang diterapkan Presiden AS Donald Trump menimbulkan gejolak ekonomi global.
"Perang tarif antara Amerika dan China berdampak pada Indonesia. Namun, pemerintah telah melakukan negosiasi dan terobosan untuk mengantisipasi dampaknya," ujar Arsal. Meskipun keluarnya AS dari perjanjian iklim Paris dinilai menguntungkan Indonesia, Arsal tetap waspada terhadap dampaknya pada perekonomian negara-negara eksportir batu bara. Ia mencontohkan, AS kembali menggenjot produksi batubara domestiknya.
Baca Juga: Rahasia Sukses Tupperware: Wanita Hebat di Baliknya!

Ketidakpastian ekonomi di negara tujuan ekspor utama seperti China, India, Korea, dan Vietnam, menjadi kekhawatiran utama PTBA. “Kondisi ini berpotensi mempengaruhi pertumbuhan ekonomi negara-negara tersebut dan berdampak pada permintaan batu bara,” ungkap Arsal.
Sebagai langkah antisipasi, PTBA menerapkan strategi cost leadership. “Jika harga batu bara berada di kisaran US$ 90-100 per ton, PTBA telah menyiapkan langkah-langkah strategis,” tegas Arsal. Ia menambahkan, PTBA masih optimistis dapat mempertahankan kinerja keuangan dan memenuhi permintaan ekspor, setidaknya hingga kuartal pertama tahun 2025. Perusahaan terus berupaya memaksimalkan pasar domestik dan peluang ekspor, serta menerapkan efisiensi berkelanjutan, terbukti dari pengendalian nisbah kupas (stripping ratio) yang berada di bawah target pada tahun 2024. PTBA juga mengandalkan pasar ekspor ke China sebagai strategi utama.
Baca Juga: Rahasia Proyek Raksasa PTBA: Batu Bara Jadi Bahan Baku Baterai!















