Saham Apple Inc. mengalami kejatuhan drastis hingga sekitar 9% pada Selasa, 8 April 2025, menyentuh angka USD 203 atau sekitar Rp 3,4 juta per lembar. Penurunan tajam ini mengejutkan pasar global dan memicu kekhawatiran di kalangan investor serta analis keuangan. Saham Apple yang biasanya dianggap sebagai salah satu aset paling stabil dan menguntungkan di pasar teknologi, kali ini harus menghadapi tekanan berat akibat faktor eksternal yang tidak terduga.
Menurut laporan dari, penyebab utama penurunan saham ini adalah kebijakan tarif impor yang diterapkan oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. Kebijakan proteksionisme tersebut berdampak langsung terhadap rantai pasok global, termasuk komponen penting dalam produksi perangkat Apple yang sebagian besar berasal dari Tiongkok dan negara-negara Asia lainnya. Kenaikan biaya produksi dan potensi terganggunya distribusi produk Apple menjadi sorotan utama yang menggerus kepercayaan pasar.
Baca juga: Buyback Saham Tanpa RUPS Melonjak! 16 Emiten Sudah Ajukan
Para analis ekonomi menyatakan bahwa kondisi ini masih terus dipantau dengan ketat. Mereka menyoroti bagaimana Apple harus menyesuaikan strategi operasionalnya untuk merespons tantangan ini, baik melalui diversifikasi rantai pasok maupun negosiasi ulang kontrak dagang dengan mitra-mitra globalnya. Meski demikian, banyak yang meyakini bahwa penurunan ini bersifat jangka pendek, selama Apple dapat segera mengambil langkah-langkah adaptif.
Video-video yang beredar di media sosial turut menunjukkan reaksi cepat dari para pelaku pasar dan memberikan analisis mendalam mengenai dampak kebijakan Trump terhadap sektor teknologi secara keseluruhan. Dalam program Profit, sejumlah pakar juga membahas bagaimana penurunan saham Apple bisa menjadi sinyal awal terjadinya koreksi pasar lebih luas jika tensi perdagangan global tidak mereda.
Sebagai perusahaan dengan kapitalisasi pasar terbesar di dunia, pergerakan saham Apple memiliki efek domino terhadap indeks saham lainnya, termasuk Nasdaq dan Dow Jones. Oleh karena itu, dinamika ini tidak hanya penting bagi investor Apple, tetapi juga bagi kestabilan ekonomi global secara umum.
Baca juga: IHSG Jeblok! Rupiah Terpuruk, Efek Domino Tarif Trump?















