Pasar global menunjukkan optimisme baru setelah Amerika Serikat (AS) dan China mencapai kesepakatan penting untuk menangguhkan sebagian besar tarif timbal balik atas produk masing-masing. Kesepakatan ini diumumkan pada Senin (12/5/2025) dan langsung mendorong lonjakan harga saham di sektor teknologi dan semikonduktor.
Selama beberapa bulan terakhir, ketegangan dagang antara dua ekonomi terbesar dunia ini telah menekan industri teknologi global, khususnya produsen chip dan ponsel pintar. Gangguan rantai pasokan dan kekhawatiran akan tarif tambahan membuat banyak perusahaan teknologi mengalami tekanan signifikan. Namun, keputusan kedua negara untuk menghentikan sementara pemberlakuan tarif memberikan angin segar bagi pasar.
Di bursa AS, saham Nvidia naik sekitar 4% dalam perdagangan prapasar, meskipun masih menghadapi pembatasan ekspor chip ke China. AMD dan Broadcom juga mencatat kenaikan masing-masing 5%, sementara Marvell melonjak 7,5%. Taiwan Semiconductor Manufacturing Co. (TSMC), yang sahamnya terdaftar di AS, turut naik sekitar 4%.
Baca Juga: Dolar Anjlok! Dunia Waspada, Ekonomi Global Terancam?
Sinyal positif juga datang dari Eropa. Saham ASML, perusahaan penyedia mesin produksi chip canggih, naik 4,5%, dan Infineon mengalami penguatan signifikan. Di sisi lain, meskipun ada penangguhan tarif, kemungkinan penerapan bea masuk khusus tetap menjadi perhatian, khususnya bagi perusahaan teknologi besar yang bergantung pada produksi di China.
Apple, yang memproduksi 90% iPhone-nya di China, sebelumnya memperkirakan akan mengalami tambahan biaya sekitar $900 juta akibat tarif. Namun, saham Apple justru naik lebih dari 6% setelah kabar kesepakatan ini. Amazon juga melonjak hingga 8%. Sementara itu, saham perusahaan teknologi asal China seperti Alibaba, JD.com, dan Baidu ikut terdongkrak dalam perdagangan pra-pasar di AS.
Daniel Ives, kepala riset teknologi global dari Wedbush Securities, menyatakan bahwa kesepakatan ini dapat menjadi momentum baru bagi sektor teknologi untuk kembali mencetak rekor di tahun 2025. Investor kini menantikan kelanjutan dialog dagang AS-China sebagai faktor penentu arah pasar ke depan.
Baca Juga: Bos Bank Dunia Panik! Kebijakan Trump Bikin Resesi Mengancam?















