Bursa saham Amerika Serikat ambruk di awal perdagangan Kamis (3/4/2025). Pengumuman tarif impor baru oleh Presiden Donald Trump memicu kepanikan jual massal dan membuat investor cemas. S&P 500 terjun bebas 4% di pembukaan, sementara Dow Jones Industrial Average anjlok 1.400 poin atau 3,3%. Nasdaq Composite juga ikut terpuruk, mengalami penurunan 5%.
Saham perusahaan multinasional menjadi korban utama. Nike dan Apple masing-masing merosot 13% dan 9%. Penjual barang impor mengalami pukulan telak; Five Below anjlok 29%, Dollar Tree 8%, dan Gap 22%. Sektor teknologi juga tak luput dari gempuran, dengan Nvidia dan Tesla sama-sama turun 6%. Kondisi ini bertolak belakang dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang menunjukkan penguatan indeks-indeks utama.
Baca juga: Direktur IT Bank DKI Dipecat! Pramono Anung Geram Layanan Ambruk Saat Lebaran

Sentimen negatif juga menjalar ke pasar obligasi. Imbal hasil obligasi pemerintah AS 10 tahun turun 14 basis poin menjadi 4,053%, sementara mata uang global seperti yen dan euro menguat signifikan terhadap dolar AS. Indeks acuan AS telah terpukul keras sejak akhir Februari, mengalami penurunan 10% akibat ketidakpastian yang dipicu oleh kebijakan tarif Trump. Data ekonomi yang lesu semakin memperkuat kekhawatiran akan resesi.
Trump menerapkan tarif “timbal balik” kepada lebih dari 180 negara dan wilayah. Para analis umumnya pesimistis, beberapa bahkan memprediksi peningkatan risiko resesi di AS. Tai Hui dari J.P. Morgan Asset Management menilai pengumuman tarif ini berpotensi menaikkan tarif rata-rata AS ke level tertinggi sejak awal abad ke-20. Jika berlanjut, hal ini akan berdampak besar pada inflasi, karena manufaktur AS kesulitan meningkatkan kapasitas dan rantai pasokan membebani konsumen.
David Rosenberg dari Rosenberg Research menambahkan bahwa tidak ada pemenang dalam perang dagang ini, semua akan menjadi beban produsen asing. Ia memprediksi guncangan harga yang signifikan bagi rumah tangga Amerika. Tom Kenny dari ANZ menilai tarif timbal balik AS ini lebih buruk dari ekspektasi, potensi menaikkan tarif efektif impor barang dagangan AS ke kisaran 20-25%, level tertinggi sejak awal 1900-an. Ketidakpastian ini jelas-jelas telah mengguncang Wall Street dan menimbulkan kekhawatiran global.















