Breaking

Pesisir Selatan Malang Berisiko Tinggi Terkena Tsunami

MALANG – Warga yang tinggal di kawasan pesisir Malang Selatan diimbau untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi bencana tsunami. Hal ini disampaikan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) serta Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Malang, menyusul hasil kajian terbaru yang menyatakan bahwa wilayah tersebut masuk dalam zona risiko tinggi tsunami.

Beberapa kecamatan yang masuk dalam zona rawan tersebut antara lain Donomulyo, Bantur, Gedangan, Sumbermanjing Wetan, Tirtoyudo, dan Ampelgading. Faktor utama yang menyebabkan tingginya risiko tersebut adalah posisi geografis Kabupaten Malang yang berbatasan langsung dengan Samudra Hindia, dekat zona subduksi megathrust selatan Jawa, serta karakteristik topografi pantai dan permukiman penduduk yang rentan.

Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kabupaten Malang, Zainuddin, menjelaskan bahwa telah dilakukan sejumlah langkah mitigasi untuk mengurangi risiko bencana. “Kami bersama BMKG telah memasang sistem peringatan dini berupa CCTV yang dilengkapi dengan sirine di sejumlah titik rawan seperti Pantai Balekambang dan Desa Srigonco Kecamatan Bantur,” ujar Zainuddin, Minggu (13/7/2025).

Sistem tersebut memungkinkan pemantauan situasi secara real time dan memungkinkan peringatan cepat jika terjadi keadaan darurat. Selain itu, papan imbauan dan rambu evakuasi juga telah dipasang dan akan ditambah lagi pada bulan Agustus mendatang. Penambahan ini meliputi 10 jalur evakuasi, dua arah evakuasi, satu rambu titik kumpul, dan dua papan peringatan kawasan rawan bencana.

Warga pesisir, terutama nelayan, diminta untuk tidak menunggu bunyi sirine jika terjadi gempa berkekuatan lebih dari 6,5 Skala Richter (SR) di laut selatan. “Nelayan harus segera kembali ke daratan tanpa menunggu sirine berbunyi,” tegas Zainuddin. Ia juga mengingatkan agar masyarakat menghindari aktivitas melaut jika tinggi gelombang melebihi 2,5 meter karena berpotensi membahayakan keselamatan.

baca juga: Malang United Dominasi Grup I Piala Soeratin U17 Zona Jatim

BMKG juga mencatat peningkatan aktivitas seismik di wilayah Jawa Timur. Kepala Stasiun Geofisika Malang, Mamuri, mengungkapkan bahwa pada periode 4 hingga 10 Juli 2025, terjadi 155 kejadian gempa bumi. “Sebanyak 133 kejadian merupakan gempa dangkal, 22 gempa menengah, dan tidak ada gempa dalam,” jelasnya. Meskipun tidak ada gempa yang dirasakan oleh masyarakat, data ini menunjukkan perlunya peningkatan kewaspadaan.

Mamuri menambahkan, gempa-gempa tersebut disebabkan oleh aktivitas pertemuan lempeng Indo-Australia dengan Eurasia serta aktivitas patahan lokal. Oleh karena itu, masyarakat diminta untuk secara berkala mengecek informasi cuaca dan kondisi laut melalui aplikasi BMKG Maritim atau kanal resmi lainnya.

Selain peringatan teknis, BPBD Kabupaten Malang juga mengajak masyarakat untuk aktif mengikuti pelatihan mitigasi dan simulasi evakuasi tsunami. “Kami harap warga pesisir terlibat aktif dalam simulasi dan edukasi kebencanaan. Kesiapsiagaan adalah kunci utama dalam menghadapi potensi bencana,” ujar Zainuddin.

Langkah-langkah antisipatif ini diharapkan dapat meminimalkan risiko dan dampak apabila terjadi bencana tsunami di wilayah pesisir Malang Selatan. Sinergi antara pemerintah daerah, aparat keamanan, dan masyarakat sangat dibutuhkan untuk mewujudkan kesiapsiagaan bencana yang efektif.

baca juga: Car Free Day Malang Tercemar, Pedagang Kaki Lima Serbu Zona Terlarang

Dengan meningkatnya kewaspadaan dan kesiapan menghadapi potensi bencana, masyarakat di kawasan pesisir Malang Selatan diharapkan dapat menjalani aktivitas sehari-hari dengan lebih aman dan tenang, tanpa mengesampingkan risiko yang ada.