InfoMalang – Perang di perbatasan Thailand dan Kamboja kembali pecah, menewaskan sedikitnya 33 orang dan melukai ratusan lainnya sejak bentrokan meletus pada Kamis (24/7) hingga Sabtu (26/7). Konflik ini melibatkan jet tempur, artileri berat, tank, dan pasukan darat di wilayah sengketa yang mencakup Provinsi Sisaket, Surin, Ubon, dan Buriram di Thailand serta Provinsi Oddar Meanchey di Kamboja. Kementerian Pertahanan Kamboja melaporkan delapan warga sipil dan lima personelnya tewas, sementara di Thailand korban mencapai 20 orang, terdiri dari 14 warga sipil dan enam tentara. Akibat perang ini, lebih dari 138.000 warga Thailand dan 35.829 warga Kamboja terpaksa mengungsi. Meski Kamboja menyerukan gencatan senjata, perang di perbatasan masih terus berlanjut tanpa kesepakatan damai.
Baca Juga: 7 Fakta Tragis: Bos Angkringan Ponorogo Dihabisi Pria Pengangguran Saat Oral Seks
Korban Jiwa di Kamboja 13 Orang
Kementerian Pertahanan Kamboja melaporkan bahwa sedikitnya 13 orang tewas akibat serangan militer Thailand di wilayah perbatasan. Maly Socheata , juru bicara kementerian tersebut, menyatakan bahwa korban tewas terdiri atas 8 warga sipil dan 5 personel Angkatan Bersenjata Kamboja .
Selain korban jiwa, lebih dari 70 orang mengalami luka-luka, termasuk 21 tentara Kamboja dan sekitar 50 warga sipil dengan tingkat keparahan yang bervariasi. Socheata menambahkan bahwa sebagian besar warga sipil menjadi korban saat serangan artileri menghancurkan Desa Ekphap, Thmar Da Commune , di distrik Veal Veng.
“Sebagian besar warga sipil tidak sempat mengungsi karena serangan datang secara tiba-tiba,” ujar Socheata.
Thailand Laporkan 20 Korban Tewas
Di sisi lain, militer Thailand melaporkan bahwa jumlah korban tewas di negaranya telah mencapai 20 orang, terdiri dari 14 warga sipil dan 6 tentara. Bentrokan yang terus berlanjut sejak Kamis ini memicu ketakutan luas di kalangan masyarakat perbatasan.
Juru bicara militer Thailand menyebut bahwa bentrokan ini merupakan bagian dari eskalasi konflik berkepanjangan yang dipicu oleh pernikahan mengenai kawasan Kuil Preah Vihear , situs bersejarah yang telah lama menjadi sumber ketegangan antara kedua negara.
Ratusan Ribu Warga Terpaksa Mengungsi
Dampak konflik ini meluas hingga memaksa lebih dari 138.000 orang di Thailand meninggalkan rumah mereka. Sementara di Kamboja, sekitar 35.829 orang dievakuasi dari provinsi berisiko tinggi, termasuk Preah Vihear, Oddar Meanchey, dan Pursat .
Kamp-kamp pengungsian darurat kini didirikan di beberapa wilayah aman untuk menampung warga. Namun, kondisi di kamp masih memprihatinkan dengan terbatasnya pasokan makanan, obat-obatan, dan fasilitas sanitasi.
Seruan Gencatan Senjata Menguat
Duta Besar Kamboja untuk PBB, Chhea Keo , segera mengirimkan gencatan senjata dan tanpa syarat ke Thailand setelah pertemuan Dewan Keamanan PBB. “Kami mendesak untuk menjamin semua aksi militer demi melindungi warga sipil dan mencegah eskalasi lebih lanjut,” ujarnya.
Thailand, melalui Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Nikorndej Balankura , menyatakan keterbukaan untuk berdialog dengan Kamboja. “Kami siap berdiskusi, mungkin dengan mediasi Malaysia selaku Ketua ASEAN tahun ini,” ungkapnya.
Dampak Terhadap WNI di Perbatasan
Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia memastikan tidak ada WNI yang menjadi korban dalam bentrokan ini. Juru Bicara Kemlu, Rolliansyah (Roy) Soemirat , mengimbau WNI di wilayah perbatasan untuk meningkatkan kewaspadaan.
“Berdasarkan data lapor diri, ada 15 WNI di sekitar perbatasan Thailand-Kamboja. Kami mengimbau agar seluruh WNI segera melapor melalui portal Peduli WNI,” jelasnya.
Akar Konflik: Kuil Sengketa Preah Vihear
Pertikaian ini bukanlah konflik baru. Sengketa wilayah di sekitar Kuil Preah Vihear sudah berlangsung selama puluhan tahun. Putusan Mahkamah Internasional pada tahun 1962 yang mendirikan kuil tersebut milik Kamboja tidak menghentikan ketegangan karena area di sekitar kuil masih menjadi bahan perebutan.
Beberapa kali bentrokan bersenjata pecah sejak awal 2000-an, tetapi konflik kali ini menjadi salah satu yang paling mematikan. Analis regional menilai bahwa ketidakstabilan politik internal di kedua negara turut memperkeruh situasi.
Situasi Terkini: Perang Belum Mereda
Hingga berita ini diturunkan, bentrokan masih terjadi di beberapa titik perbatasan. Suara ledakan dan tembakan senjata berat dilaporkan terdengar di sejumlah desa. Upaya diplomasi melalui PBB dan ASEAN masih berlangsung, namun belum ada kesepakatan resmi mengenai gencatan senjata.
Konflik yang semakin meluas ini menjadi pengingat akan rapuhnya perdamaian di kawasan Asia Tenggara jika penyelesaian yang lama tidak segera diselesaikan secara diplomatis.















