Breaking

72 Santri di Banyuwangi Keracunan Makanan, Dinkes Telusuri Dugaan Kontaminasi Bakteri

Sebanyak 72 santri Pondok Pesantren Al Anwari yang terletak di Kelurahan Kertosari, Kecamatan Banyuwangi, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, dilaporkan mengalami keracunan makanan secara massal pada Minggu malam, 3 Agustus 2025. Para santri yang mayoritas masih berusia belasan tahun itu langsung dilarikan ke fasilitas kesehatan terdekat untuk mendapatkan penanganan medis darurat.

Kejadian ini sontak membuat geger lingkungan pondok dan masyarakat sekitar. Belasan santri dilarikan ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Blambangan, sementara puluhan lainnya mendapat perawatan intensif baik di dalam lingkungan pondok maupun di klinik terdekat.

Plt Kepala Dinas Kesehatan Banyuwangi, Amir Hidayat, dalam keterangannya pada Selasa, 5 Agustus 2025, membenarkan adanya kejadian luar biasa tersebut. “Benar, ada 72 santri yang mengalami gejala keracunan. Saat ini masih tersisa 18 santri yang dirawat di RSUD Blambangan. Selebihnya sudah mulai pulih,” kata Amir.

Menurut Amir, dugaan awal mengarah pada keracunan makanan akibat kontaminasi biologis dari bakteri. Tim dari Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda) Banyuwangi yang langsung diterjunkan ke lokasi menemukan indikasi keberadaan bakteri seperti Salmonella, E. coli, Shigella, atau Staphylococcus aureus.

“Kontaminasi ini kemungkinan besar dipicu oleh bahan makanan yang sudah terpapar bakteri, penyimpanan makanan yang tidak higienis, atau alat masak serta tangan petugas dapur yang tidak bersih,” tambahnya.

Amir menambahkan bahwa pihaknya langsung menyalurkan bantuan darurat berupa oralit, obat-obatan, serta vitamin untuk menunjang proses pemulihan para santri. Selain itu, tim dari Dinas Kesehatan juga memberikan edukasi kepada pengelola dapur pondok pesantren tentang pentingnya sanitasi makanan dan lingkungan.

Tak hanya itu, untuk memastikan penyebab utama keracunan, Dinas Kesehatan melakukan penyelidikan epidemiologi lanjutan. Langkah ini meliputi wawancara dengan pihak dapur pondok, identifikasi makanan terakhir yang dikonsumsi para santri, penelusuran waktu timbulnya gejala, serta pengambilan berbagai sampel untuk uji laboratorium.

Baca Juga: Bripda Wildan Fajar Dipecat Tak Hormat dari Polres Batu akibat Kasus Penipuan, Polri Tegas Jaga Marwah Institusi

“Tim Labkesda bersama petugas kesehatan lingkungan mengambil sampel makanan yang tersisa, air minum, peralatan masak, hingga usap tangan petugas dapur. Kami juga mengumpulkan sampel feses pasien untuk diperiksa lebih lanjut,” jelas Amir.

Data awal dari lapangan menyebutkan, 20 santri dirawat di RSUD Blambangan, tiga orang dirawat di Klinik Sinta, sementara sisanya sebanyak 49 orang masih ditangani di dalam pondok. Mereka umumnya mengeluhkan gejala klasik keracunan makanan seperti mual, muntah, pusing, diare, demam, hingga nyeri perut.

Dokter jaga IGD RSUD Blambangan, dr. M Azmi Hanief, mengatakan bahwa para santri datang secara bertahap sejak pukul 18.00 WIB. “Semua santri mengalami gejala yang seragam, yang mengindikasikan adanya penyebab keracunan yang sama. Lima orang di antaranya harus menjalani rawat inap karena kondisi cukup lemah,” jelasnya.

Sejumlah orang tua santri turut datang ke rumah sakit begitu mendengar kabar anak-anak mereka jatuh sakit. Mereka berharap pihak pesantren dan pemerintah daerah bisa lebih sigap dalam menangani masalah ini agar tidak terulang di kemudian hari.

Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, melalui Dinas Kesehatan, juga telah mengimbau seluruh lembaga pendidikan, khususnya pondok pesantren, untuk meningkatkan pengawasan terhadap pengelolaan makanan. Amir Hidayat menegaskan pentingnya penerapan standar keamanan pangan dan kebersihan lingkungan, termasuk proses memasak, penyimpanan, dan distribusi makanan.

“Dapur pesantren harus benar-benar bersih dan memenuhi syarat sanitasi. Jangan abaikan penggunaan air bersih, alat masak steril, serta cuci tangan sebelum memasak. Hal-hal kecil seperti ini bisa menyelamatkan banyak jiwa,” tegas Amir.

Pihak pondok pesantren Al Anwari sendiri belum memberikan pernyataan resmi. Namun sejumlah pengurus internal menyatakan siap bekerja sama penuh dalam proses penyelidikan dan perbaikan sistem dapur pesantren.

Penyelidikan menyeluruh dari tim Dinkes dan Labkesda masih berlangsung. Hasil laboratorium yang lebih rinci diharapkan bisa segera keluar dalam waktu dekat agar dapat ditentukan langkah lanjutan, termasuk apakah perlu dilakukan tindakan hukum atau pembinaan terhadap pihak pengelola dapur.

Sementara itu, kondisi para santri yang masih dirawat terus dipantau secara intensif. Pemerintah juga menyiagakan tenaga kesehatan tambahan apabila dibutuhkan evakuasi lanjutan. Seluruh pihak diimbau tetap tenang namun waspada.

Insiden ini menjadi pengingat penting bagi semua pengelola institusi pendidikan berbasis asrama agar lebih memperhatikan keamanan pangan dan sanitasi lingkungan. Sebab, kesehatan ratusan santri bergantung pada standar pengelolaan dapur yang baik dan bersih.

Baca Juga: 4 Orang Luka-Luka dalam Kecelakaan Truk Tangki di Fly Over Kotalama Kota Malang, Berikut Identitasnya