Breaking

Hujan Turun, Produksi Bawang Merah di Kabupaten Malang Merosot Drastis

Musim hujan kembali menjadi tantangan berat bagi petani bawang merah di Kabupaten Malang. Setiap musim penghujan, hasil panen bawang merah mereka selalu menurun drastis, memaksa para petani mencari solusi agar tetap bertahan.

Produksi Menurun Akibat Hujan
Penurunan hasil panen hingga 17 persen dialami Yulianto, seorang petani asal Desa Donowarih, Kecamatan Karangploso. “Saat kemarau, kami bisa panen hingga 2,5 ton, tapi di musim penghujan ini hanya 2 ton,” katanya, Senin (8/1). Penurunan ini terjadi karena masa panen harus dipercepat untuk menghindari kerusakan akibat air hujan. Jika di musim kemarau bawang dipanen pada usia 70-80 hari, di musim hujan hanya 60-65 hari.

Perawatan Lebih Ekstra di Musim Hujan
Musim hujan juga memaksa petani untuk meningkatkan perawatan. Penggunaan fungisida, seperti antracol, menjadi penting untuk mencegah penyakit bercak daun. “Jika pH tanah asam, kami pakai dolomit untuk meningkatkan pH tanah dan menghilangkan senyawa racun,” tambah Yulianto. Selain itu, dolomit membantu menjaga kualitas tanaman dari kerusakan.

Fluktuasi Harga Bawang Merah
Meski produksi menurun, harga bawang merah tetap berfluktuasi. Pada Selasa (7/1), harga di tingkat grosir mencapai Rp 27 ribu per kilogram, namun keesokan harinya turun menjadi Rp 25 ribu per kilogram. Untuk menjaga kualitas, petani mengeringkan bawang merah selama sepekan dengan metode tradisional, baik dengan menjemur di sesek bambu atau menggantungnya jika lahan sempit.

Baca Juga :  Bupati Malang Apresiasi Pengusaha Bakso yang Bangun Jalan Desa

Baca Juga : Daftar Menu Depot Tanjung Api Beserta Harganya

Baca Juga : Menu Dimsum Umayumcha : Dimsum yang viral di Malang