Kabar mengejutkan datang dari PT Bank Danamon Indonesia Tbk. (BDMN). infomalang.com/ melaporkan laba bersih setelah pajak (NPAT) perusahaan ini ambles hingga 8,57% secara tahunan (yoy) di tahun 2024, menjadi hanya Rp3,2 triliun. Penurunan signifikan ini ternyata tak lepas dari performa buruk industri otomotif, salah satu sektor andalan Danamon.
Pertumbuhan penyaluran kredit Danamon memang masih tercatat positif, naik 8% yoy menjadi Rp189,4 triliun. Namun, angka ini jauh lebih rendah dibandingkan pertumbuhan 19% yoy di tahun sebelumnya. Direktur Keuangan BDMN, Muljono Tjandra, mengakui tantangan yang dihadapi di sektor pembiayaan otomotif akibat melemahnya permintaan pasar.

Baca Juga : Heboh! Tak Cuma Indonesia, Negara Tetangga Juga Wajibkan 100% Devisa Masuk Negeri!
Kondisi ini diperparah oleh kinerja buruk anak usaha Danamon, PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk. (ADMF). ADMF, perusahaan pembiayaan kendaraan, mencatat penurunan laba hingga 27,83% yoy menjadi Rp1,4 triliun sepanjang 2024. Direktur Utama ADMF, I Dewa Made Susila, menjelaskan penurunan penjualan mobil baru hingga 14-15% menjadi penyebab utama. Penjualan motor pun stagnan, mencerminkan penurunan daya beli masyarakat, terutama di segmen menengah bawah. Selain itu, penurunan kualitas aset juga turut membebani kinerja ADMF.
Namun, ADMF tak tinggal diam. Sejumlah strategi disiapkan untuk menghadapi tantangan ini, termasuk fokus pada wilayah Indonesia Timur dan Sumatera, ekspansi cabang di kota-kota prospektif, dan diversifikasi bisnis ke pinjaman dana tunai yang dijamin kendaraan (multi-purpose loan), yang kini berkontribusi hampir 25% dari pemesanan. ADMF juga akan meningkatkan penetrasi ke nasabah bankable dari Bank Danamon dan mengembangkan segmen non-otomotif.
Meskipun sektor otomotif lesu, Muljono menilai pertumbuhan kredit konsolidasi Bank Danamon sebesar 8% masih terbilang baik. Ia menekankan bahwa Danamon memiliki pilar pertumbuhan lain, seperti Enterprise Banking (EB) dan Small Medium Enterprise (SME). Ia juga menyoroti kualitas aset Danamon yang tetap terjaga, dengan rasio kredit macet (NPL) gross konsolidasi sekitar 1,9%, lebih baik dari tahun sebelumnya, dan rasio pencadangan NPL yang meningkat. Pertanyaannya, mampukah Danamon bangkit dari keterpurukan ini?
Baca Juga : Perang Dingin Bukalapak dan Harmas: Saling Gugat Hingga PKPU!















