Breaking

Dari Penjara ke Puncak: Kisah Raja Otomotif Indonesia yang Mengguncang Negeri!

Suaramedia.id – Di balik merek-merek mobil ternama seperti Toyota, Daihatsu, Isuzu, Nissan, Lexus, Peugeot, dan BMW, tersimpan kisah inspiratif sekaligus kontroversial William Soerjadjaja atau Tjia Kian Liong, sosok yang dikenal sebagai raja otomotif Indonesia dan pendiri PT Astra International Tbk. (ASII). Perjalanan hidupnya bagai roller coaster, dari jeruji penjara hingga puncak kesuksesan, lalu kembali jatuh akibat badai politik yang hingga kini masih menyimpan misteri.

Waspada! THR Ludes Gara-gara Modus Penipuan Ini!

Pada era 1950-an, William yang baru merintis bisnisnya harus menghadapi kenyataan pahit. Ia dijebloskan ke penjara akibat tuduhan korupsi yang tak berdasar, menghancurkan reputasi dan bisnisnya seketika. Namun, kekuatan mentalnya tak terkalahkan. Setelah menghirup udara bebas, ia bangkit dari keterpurukan. Dengan bantuan sang adik, ia mengakuisisi sebuah perusahaan impor yang nyaris gulung tikar di Jl. Sabang No. 36A, Jakarta.

Dari Penjara ke Puncak: Kisah Raja Otomotif Indonesia yang Mengguncang Negeri!
Gambar Istimewa : awsimages.detik.net.id

Prospek Saham BRIS di Tengah Rencana Pembentukan Bullion Bank

Sang adik lantas mengusulkan nama “Astra,” terinspirasi dari dewi Yunani Kuno yang bersinar terang di langit. Harapannya, perusahaan tersebut akan mengikuti jejak dewi tersebut. Pada 20 Februari 1957, Astra International Inc. resmi beroperasi setelah terdaftar di kantor Notaris Sie Khwan Djioe. Sejak awal, ASII langsung menguasai 50% pasar mobil Indonesia, menempatkan William dan keluarganya di posisi terhormat.

Meskipun awalnya bergerak di sektor kebutuhan rumah tangga, 10 tahun pertama Astra diwarnai perjuangan berat dan beberapa kali nyaris bangkrut akibat ketidakstabilan ekonomi Indonesia di era 1960-an. Pergantian kekuasaan dari Soekarno ke Soeharto menjadi titik balik. Pada 1966, William mendapat suntikan dana US$ 2,9 juta dari Amerika Serikat, beserta izin impor bebas. Peluang ini ia manfaatkan dengan mengimpor truk Chevrolet untuk memenuhi kebutuhan proyek pemerintah.

Waduh! Target Industri Multifinance Terancam Jebol!

Sukses besar mengimpor 800 unit truk Chevrolet, William kemudian menghadapi sanksi dari AS yang membatasi impor truk skala besar. Ia pun melirik pasar otomotif Jepang, yang saat itu masih minim di Indonesia, dan melihat potensi besar mengingat kemiripan setir kanan antara kedua negara. Kerja sama dengan Toyota pada Februari 1969 menjadi tonggak sejarah Astra. Toyota, kemudian disusul Honda, Isuzu, dan Daihatsu, mendominasi pasar otomotif Indonesia.

Strategi William untuk menguasai pasar sangat agresif. Ia menggelontorkan dana besar untuk menguasai industri otomotif secara vertikal, dari produksi komponen hingga distribusi, serta menerapkan sistem manajemen ala Jepang, Keiretsu. Promosi besar-besaran pun dilakukan. Pada 1990, Astra menguasai lebih dari setengah pangsa pasar otomotif Indonesia. Kekaisaran bisnis William pun meluas ke properti, asuransi, perkebunan, dan perbankan, semuanya di bawah naungan grup Astra. Pada 4 April 1990, Astra resmi melantai di bursa saham.

Namun, puncak kesuksesan ini tak bertahan lama. Krisis melanda Bank Summa, milik putra sulung William, Edward Soerjadjaja, akibat kredit macet dan hutang luar negeri yang mencapai Rp 1,5 triliun. Tanpa bantuan dari Bank Indonesia, William terpaksa mengambil keputusan pahit: menjual 76% saham Astra di bawah harga pasar. Banyak yang menduga ada konspirasi di balik kejatuhan ini, terkait hubungan William yang independen dan berseberangan dengan rezim Soeharto. Astra pun lepas dari genggaman William, menandai berakhirnya era kejayaannya.

Menu Bakso Mas Roy Surabaya, Kenikmatan Bakso Terbaik Di Surabaya !