Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tengah mengalami penurunan tajam dalam sepekan terakhir, bahkan mencatat kinerja terburuk dalam beberapa tahun terakhir. Namun, di tengah badai ini, industri asuransi justru berpotensi menjadi angin segar bagi pasar modal. Hal ini diungkapkan Ketua Umum Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI), Budi Tampubolon.
Budi menjelaskan, produk unitlink atau Produk Asuransi yang Dikaitkan dengan Investasi (PAYDI) dapat menjadi salah satu faktor pendorong pemulihan IHSG. Unitlink, yang memiliki komponen proteksi dan investasi, memiliki potensi dana yang cukup besar. “Jika dana dari unitlink dialirkan, diharapkan dapat mendorong kembali pasar saham,” ujar Budi dalam Paparan Kinerja AAJI di Jakarta, Jumat (28/2/2025). Ia menambahkan, meskipun ada regulasi yang memprioritaskan penempatan investasi unitlink pada Surat Berharga Negara (SBN), peningkatan investasi unitlink di pasar saham dapat memberikan dampak positif jika regulasi tersebut lebih fleksibel.
Baca Juga : Ramadan Tingkatkan Permintaan Riyal, Bukan Dolar!

Wianto Chen, Kepala Departemen Agency AAJI, menambahkan bahwa beberapa perusahaan asuransi dengan produk non-tradisional telah mulai memanfaatkan momentum koreksi IHSG dengan melakukan pembelian saham. “Perusahaan dengan produk tradisional mungkin kurang tertarik, tetapi perusahaan dengan produk non-tradisional sudah ada yang melakukan buy on weakness," jelas Wianto.
Laporan AAJI menunjukkan pertumbuhan investasi terbesar berasal dari SBN, mencapai 11,9% atau Rp 205,03 triliun (37,9% dari total investasi). Sebaliknya, investasi di saham mengalami penurunan 10,8%, berkontribusi sebesar 24,7% dari total portofolio investasi. Reksadana juga mencatat penurunan 10,6% dengan kontribusi 12,9%.
infomalang.com/ mencatat, per Februari 2025, IHSG mencapai level terendah sejak Februari 2021, ambruk 11,07% dalam sebulan – penurunan terburuk sejak Maret 2020 saat pandemi Covid-19 melanda. Puncak penurunan terjadi pada Selasa (25/2/2025) dengan ambles 2,41% di level 6.587,09. Anjloknya IHSG ini dipicu oleh derasnya aliran dana asing yang keluar dari Indonesia, mencapai Rp 18,98 triliun sepanjang 2025. Bahkan, jika dibandingkan dengan tren historis IHSG di bulan Februari selama 10 tahun terakhir, kinerja IHSG Februari 2025 merupakan yang terburuk dengan penurunan hingga 10%. Akankah asuransi menjadi penyelamat IHSG dari keterpurukan ini? Kita tunggu perkembangan selanjutnya.
Baca Juga : Rahasia BPJS: Lebih Baik dari AS?















