Kinerja IHSG pada Sesi Pertama
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menutup sesi pertama perdagangan dengan penurunan 0,91% ke level 6.538,19. Meskipun sempat anjlok hingga 1,4% di awal perdagangan, IHSG berhasil memangkas koreksi di akhir sesi. Penurunan ini sejalan dengan tren negatif di bursa Asia-Pasifik, yang juga mengalami tekanan akibat berbagai sentimen global. Dari total transaksi yang terjadi, nilai perdagangan mencapai Rp 5,21 triliun dengan lebih dari 10,77 miliar saham berpindah tangan.
Saham dan Sektor yang Tertekan
Mayoritas sektor saham mengalami penurunan pada sesi perdagangan kali ini. Sektor konsumer non-primer memimpin pelemahan dengan penurunan 3,65%, diikuti oleh sektor bahan baku dan properti yang masing-masing melemah 2,61% dan 2,1%. Beberapa saham menjadi beban utama bagi IHSG, seperti GOTO yang anjlok 4,71% ke level Rp 81 per saham dan memberikan kontribusi negatif hingga -8,78 poin pada indeks. Selain itu, dua emiten milik Prajogo Pangestu, yakni TPIA dan BREN, juga mengalami pelemahan signifikan dan menekan pergerakan IHSG lebih dalam.
Baca juga : $1.000 hingga $100 Juta? Investor Bitcoin & XRP Menargetkan 5 Altcoin Ini dengan Potensi Meledak
Saham Penopang IHSG
Di tengah tekanan yang terjadi, saham sektor teknologi menjadi satu-satunya sektor yang berhasil mencatatkan kenaikan. Saham DCI Indonesia (DCII) bahkan mencapai auto rejection atas (ARA) setelah melonjak 9,44% ke level Rp 186.000. Dengan lonjakan ini, kapitalisasi pasar DCII mencapai Rp 443,38 triliun, memberikan dampak positif pada indeks dan sedikit menahan laju penurunan IHSG.
Dampak Global terhadap Pasar Indonesia
Pelemahan IHSG tidak lepas dari tren negatif yang terjadi di pasar global. Bursa saham Asia-Pasifik, seperti Nikkei 225 dan Topix di Jepang, mengalami penurunan lebih dari 2%. Hal serupa juga terjadi pada Kospi dan Kosdaq di Korea Selatan. Sentimen negatif dari Wall Street juga turut berpengaruh, terutama setelah laporan ekonomi AS menunjukkan penurunan belanja konsumen yang signifikan dan pelebaran defisit perdagangan hingga mencapai rekor tertinggi.
Analisis Goldman Sachs dan Prospek Ekonomi
Penurunan IHSG juga dipicu oleh laporan Goldman Sachs yang menurunkan peringkat saham Indonesia dari overweight menjadi market weight. Selain itu, rekomendasi terhadap surat utang BUMN tenor 10-20 tahun juga direvisi menjadi netral. Goldman Sachs memperkirakan defisit fiskal Indonesia akan meningkat menjadi 2,9% dari PDB, lebih tinggi dibandingkan perkiraan sebelumnya yang hanya 2,5%. Faktor lain yang turut membebani adalah ketidakpastian ekonomi global, dampak perang dagang, serta kebijakan fiskal AS yang dinilai berisiko menyebabkan resesi.
Baca juga :Rupiah Loyo! Dolar AS Bikin Gerak Mata Uang Garuda Tersendat
Kesimpulan dan Prospek IHSG
Dengan berbagai tekanan yang terjadi, prospek IHSG dalam jangka pendek masih dipengaruhi oleh perkembangan pasar global dan kebijakan ekonomi pemerintah. Para investor disarankan untuk tetap berhati-hati dalam mengambil keputusan investasi serta mempertimbangkan sentimen global yang dapat berdampak pada pergerakan pasar domestik.















