Ketua Umum Perbanas, Kartika Wirjoatmodjo, atau yang akrab disapa Tiko, mengungkapkan kekhawatirannya terhadap kondisi likuiditas perbankan nasional. Dalam Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) Komisi XI DPR RI dengan Perbanas, Kamis (14/3/2025), Tiko memaparkan tantangan yang dihadapi industri perbankan di tahun ini. Salah satu momok terbesar adalah rasio pinjaman terhadap simpanan (LDR) yang terus meningkat.
Baca Juga : Masjid di Malang yang Bagikan Takjil Gratis, Cocok untuk Mahasiswa !
Saat ini, LDR perbankan Indonesia berada di angka 89%, menurut data infomalang.com/ per Desember 2024. Angka ini naik signifikan dibandingkan September 2024 yang tercatat sebesar 86,91%. Kenaikan ini disebabkan oleh pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang melambat, sementara pertumbuhan kredit masih tinggi, di atas 10%. Lebih spesifik, Tiko menjelaskan penurunan signifikan terjadi pada DPK perorangan, berbanding terbalik dengan peningkatan DPK korporasi.

“Pertumbuhan DPK industri perbankan beberapa bulan terakhir sedikit melambat,” ujar Tiko. “Di sisi lain, pertumbuhan kredit tetap di atas 10%, dan kami bersama BI dan OJK masih meyakini target double digit growth hingga 2025, mungkin di kisaran 10%-12%,” tambahnya.
Baca Juga : BUMN Karya Disulap Jadi Agrinas, Negara Siap Suntik Dana Miliaran!
Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran akan likuiditas perbankan. Bank Indonesia sendiri menetapkan batas bawah LDR 78% dan batas atas 92%. LDR di bawah 78% mengindikasikan bank kurang optimal dalam menyalurkan kredit, sementara di atas 92% menandakan likuiditas yang menipis. Dengan LDR yang sudah mendekati batas atas, industri perbankan perlu waspada dan mencari solusi untuk menjaga keseimbangan likuiditas agar target pertumbuhan tetap tercapai secara sehat. Tantangan ini memerlukan strategi cermat dari seluruh pemangku kepentingan untuk memastikan stabilitas sistem keuangan nasional.















