Breaking

IHSG Ambrol! Saham Konglomerat Jadi Biang Keroknya?

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali menukik tajam pada penutupan perdagangan Senin (17/3/2025), anjlok 0,67% ke level 6.471,95. Nilai transaksi mencapai Rp 9,74 triliun dengan 19,87 miliar saham diperdagangkan sebanyak 1,08 juta kali. Dari total saham yang diperdagangkan, 308 saham menguat, 279 melemah, dan 219 stagnan. Mayoritas sektor saham pun berada di zona merah, hanya sektor konsumer primer, barang baku, dan energi yang bertahan di zona hijau. Sektor teknologi mengalami penurunan paling drastis, ambruk hingga 6,92%.

Baca Juga : IHSG Ambrol! Saham Konglomerat Jadi Biang Keroknya?

Anjloknya IHSG tak lepas dari peran saham DCI Indonesia (DCII) yang kembali menyentuh Auto Rejection Bawah (ARB) atau ambruk 20% ke level 144.750. Padahal sebelumnya, saham DCII mengalami reli panjang dengan kenaikan harian yang selalu menyentuh Auto Reject Atas (ARA). Perubahan drastis ini terjadi setelah saham tersebut keluar dari papan pemantauan khusus. DCII, yang sepanjang tahun ini telah meroket hampir 400%, kini mengalami koreksi hingga hanya tumbuh 243%. Lonjakan tajam saham ini sebelumnya dipicu pernyataan Toto Sugiri terkait rencana stock split. DCII menjadi penekan utama IHSG hari ini, berkontribusi terhadap penurunan indeks sebesar 47,76 poin.

IHSG Ambrol! Saham Konglomerat Jadi Biang Keroknya?
Gambar Istimewa : awsimages.detik.net.id

Selain DCII, saham-saham konglomerat lainnya juga turut membebani IHSG. BREN misalnya, turun 4,98% ke level 5.725 dan menekan IHSG sebesar 11,56 poin.

Ketidakpastian masih membayangi pasar keuangan Indonesia sepanjang pekan ini. Banyak data krusial dan keputusan penting baik domestik maupun global yang akan dirilis, berpotensi menciptakan “badai” di pasar jika hasilnya melenceng dari proyeksi pelaku pasar. Di antaranya adalah antisipasi efek tarif Trump yang berpotensi memicu resesi di Amerika Serikat, meskipun rebound Wall Street pekan lalu sedikit memberikan ruang bagi penguatan IHSG, namun tetap terbatas.

Sentimen terbesar pekan ini diperkirakan berasal dari keputusan suku bunga oleh sejumlah bank sentral dunia. Sebanyak delapan bank sentral akan menggelar rapat untuk menentukan suku bunga, termasuk “Super Wednesday” dan “Super Thursday” di mana tiga bank sentral akan mengumumkan keputusannya. Bank sentral Jepang (BoJ), Bank Indonesia (BI), dan The Fed akan mengumumkan keputusan pada Rabu (19/3/2025), sementara bank sentral Brasil, Afrika Selatan, Inggris, dan China pada Kamis (20/3/2025), dan bank sentral Rusia pada Jumat (21/3/2025). Keputusan ini akan meningkatkan ketidakpastian global dan nasional, termasuk pertanyaan apakah BI akan kembali memangkas suku bunga di tengah dorongan pertumbuhan ekonomi.

Ancaman resesi AS (“Trumpcession”), yang diperparah oleh proyeksi JP Morgan yang menaikkan risiko resesi AS menjadi 40%, juga menjadi sorotan. Proyeksi ekonomi AS kuartal pertama yang terkontraksi 2,4%, penurunan kepercayaan konsumen, kekhawatiran soal pengangguran, dan lonjakan risiko kredit macet di AS semakin memperkuat kekhawatiran ini.

Data ekonomi China, termasuk tingkat pengangguran, penjualan ritel, dan suku bunga, juga dinantikan pelaku pasar. China juga dikabarkan akan memberlakukan tarif baru pada produk pertanian dan makanan asal Kanada senilai lebih dari US$ 2,6 miliar pada 20 Maret mendatang.

Di dalam negeri, data statistik utang luar negeri Indonesia (SULNI), neraca perdagangan Februari 2025, dan keputusan suku bunga BI pada RDG Rabu (19/3/2025) menjadi fokus perhatian. Penurunan rating obligasi Indonesia oleh Goldman Sachs dan anjloknya penerimaan pajak juga menambah kekhawatiran. Konsensus pasar memproyeksikan surplus neraca perdagangan Februari 2025 sebesar US$2,08 miliar, lebih rendah dari Januari 2025.

Terakhir, rebalancing indeks FTSE yang efektif 24 Maret 2025 juga berpotensi mengguncang pasar. Beberapa saham dikeluarkan dari indeks, termasuk UNVR dan BMTR, sementara HEAL dan MSIN masuk. Perubahan ini perlu diantisipasi karena berpotensi menimbulkan gejolak di pasar saham.

Baca Juga :Inilah 5 Aplikasi Musik Tanpa Iklan: Pilihan Terbaik untuk Mendengarkan Lagu Favorit