Suaramedia.id – Kebijakan baru Donald Trump membuat Wall Street ambruk dan mencatat kinerja terburuk sejak pandemi Covid-19 tahun 2020. infomalang.com/ melaporkan, pengumuman tarif baru AS ini mengakibatkan para konglomerat dunia kehilangan kekayaan fantastis, mencapai Rp 1.000 triliun secara akumulatif.
Berdasarkan laporan Forbes pada Jumat (4/4/2025), kekayaan Elon Musk, pemilik Tesla dan SpaceX, anjlok US$ 8,7 miliar atau sekitar Rp 132,4 triliun (kurs Rp 16.560/US$). Jeff Bezos, pemilik Amazon, mengalami penurunan kekayaan sebesar US$ 16 miliar (Rp 264,9 triliun). Mark Zuckerberg kehilangan US$ 17,9 miliar (Rp 296,4 triliun), sementara Larry Ellison merugi US$ 9,9 miliar (Rp 163,9 triliun). Warren Buffet pun tak luput dari dampaknya, dengan penurunan kekayaan sebesar US$ 2,5 miliar (Rp 41,4 triliun). Bernard Arnault & Family, Larry Page, dan Sergey Brin juga mengalami penurunan kekayaan signifikan.

Kejatuhan ini beriringan dengan ambruknya bursa saham global setelah pengumuman tarif baru AS terhadap 180 negara. Ancaman perang dagang dan resesi global turut menambah kekhawatiran pasar.
Wall Street mengalami hari terburuknya sejak Juni 2020. Indeks S&P 500 anjlok 4,84%, Dow Jones Industrial Average turun 3,98%, dan Nasdaq Composite merosot 5,97%. Lebih dari 400 konstituen S&P 500 mengalami kerugian. Penurunan ini bahkan membawa indeks S&P 500 ke level terendah sejak sebelum kemenangan Trump di pemilu November 2024.
Saham perusahaan multinasional ikut terpukul. Nike dan Apple masing-masing turun 14% dan 9%. Perusahaan ritel seperti Five Below (-28%), Dollar Tree (-13%), dan Gap (-20%) juga mengalami penurunan drastis. Saham teknologi seperti Nvidia (-8%) dan Tesla (-5%) turut terdampak.
Trump mengumumkan tarif dasar 10% untuk semua negara mulai 5 April, dengan tarif lebih tinggi untuk negara yang menerapkan tarif tinggi terhadap AS. Ia membandingkan situasi ini dengan operasi bedah, mengatakan pasar akan "melonjak" setelah "operasi" ini selesai.
Namun, analis memperingatkan dampak jangka panjang kebijakan ini. Mary Ann Bartels, Kepala Strategi Investasi di Sanctuary Wealth, mengatakan skenario terburuk belum diperhitungkan pasar, dan memprediksi potensi penurunan lebih lanjut pada S&P 500 hingga 5-10%.















