Pasar saham Indonesia kembali dihantam badai setelah libur panjang. Pada penutupan perdagangan Selasa (8/3/2025), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok tajam sebesar 7,9% dan ditutup di level 5.996,14. Ini menjadi salah satu penurunan harian terbesar dalam sejarah IHSG. Penurunan drastis ini dipicu oleh gejolak pasar global, terutama sebagai respons terhadap kebijakan tarif baru yang diumumkan oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. Kebijakan tersebut memicu kekhawatiran akan perang dagang yang lebih luas dan berdampak pada arus modal global.
Nilai transaksi tercatat sangat tinggi, mencapai Rp 20,94 triliun, dengan volume perdagangan sebesar 22,78 miliar saham dalam 1,43 juta transaksi. Dari total saham yang diperdagangkan hari itu, sebanyak 672 saham mengalami penurunan, hanya 30 saham yang menguat, dan 95 saham stagnan. Seluruh sektor di Bursa Efek Indonesia (BEI) tercatat mengalami depresiasi. Sektor industri dasar menjadi yang paling terpukul dengan penurunan sebesar 10,54%, disusul oleh sektor teknologi yang turun 10,23%, serta sektor siklikal yang melemah 8,82%.
Baca juga: IHSG Jeblok! Rupiah Terpuruk, Efek Domino Tarif Trump?

Aksi jual besar-besaran juga dilakukan oleh investor asing, yang mencatatkan net sell sebesar Rp 3,87 triliun di seluruh pasar. Dari jumlah tersebut, Rp 3,69 triliun terjadi di pasar reguler, dan Rp 181,30 miliar di pasar negosiasi dan tunai. Saham-saham perbankan dan utilitas menjadi target utama aksi jual asing. Saham Bank Mandiri (BMRI) mencatat net sell terbesar dengan angka Rp 1,4 triliun, diikuti oleh BRI (BBRI) sebesar Rp 1 triliun, dan BCA (BBCA) senilai Rp 875,85 miliar.
Tak hanya sektor keuangan, saham-saham di sektor energi dan pertambangan seperti ADRO, ANTM, BRMS, MEDC, dan BREN juga terkena imbas aksi jual asing. Berdasarkan data dari Stockbit, sepuluh saham dengan nilai net foreign sell terbesar menunjukkan tren yang seragam: tekanan jual tinggi akibat ketidakpastian global. Kondisi ini menandakan bahwa investor masih sangat sensitif terhadap kebijakan global yang berdampak pada stabilitas ekonomi dan iklim investasi domestik.















