Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) nyaris tergelincir ke zona merah pada perdagangan Jumat, 9 Mei 2025. Setelah dibuka naik 0,32%, IHSG sempat menyusut hingga hanya bertahan di level 0,25% pada akhir sesi pertama. Menjelang penutupan, indeks bahkan sempat masuk zona negatif, mencerminkan pasar yang dibayangi ketidakpastian.
Aktivitas perdagangan cenderung lesu, dengan nilai transaksi sebesar Rp 8,99 triliun dari 18,46 miliar saham yang berpindah tangan melalui 1,08 juta transaksi. Sebanyak 362 saham melemah, 258 saham menguat, dan 340 saham stagnan.
Meski begitu, sebagian besar sektor masih mencatatkan kinerja positif. Sektor kesehatan memimpin dengan kenaikan 0,89%, diikuti sektor utilitas (0,68%) dan industri (0,59%). Saham BBRI menjadi penopang utama IHSG dengan kontribusi 7,64 poin, disusul DSSA, TLKM, SMMA, dan INDF. Sebaliknya, TPIA menjadi penekan indeks terkuat dengan pelemahan 7,88 poin, disusul AMMN, BMRI, PNLF, dan PNBN.
Baca juga: Kekayaan Miliarder Dunia Lenyap Rp 1.000 T! Akibat Kebijakan Mengejutkan Trump?
Selama sepekan, IHSG relatif stabil dengan kenaikan tipis 0,25%, meski sempat terkoreksi 1,42% pada Kamis (8/5). Secara year-to-date, IHSG masih mencatat pelemahan sebesar 3,49%.
Pergerakan IHSG pekan ini tak lepas dari pengaruh sentimen global. Dari sisi positif, kesepakatan dagang antara Amerika Serikat dan Inggris diumumkan sebagai “komprehensif”, meskipun tarif dasar 10% tetap diberlakukan untuk produk Inggris. Namun, ketegangan geopolitik menjadi perhatian utama.
Hubungan India dan Pakistan kembali memanas setelah Pakistan menuduh India melancarkan serangan drone yang menewaskan warga sipil. Di sisi lain, Rusia menuduh Ukraina mengirim drone dan sistem HIMARS ke wilayah konflik, memperkeruh ketegangan di Eropa Timur.
Ketidakpastian global ini menjadi latar belakang pergerakan pasar yang berhati-hati. Investor masih menanti arah kebijakan lebih lanjut dan perkembangan geopolitik yang bisa mempengaruhi pasar pada pekan depan.















