Breaking

Menakar Kualitas dan Daya Saing Lulusan Perguruan Tinggi di Malang

Kota Malang sejak lama dikenal sebagai salah satu pusat pendidikan tinggi di Indonesia. Julukan “Kota Pelajar” bukan tanpa alasan, mengingat keberadaan kampus-kampus ternama seperti Universitas Brawijaya (UB), Universitas Negeri Malang (UM), Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), hingga Politeknik Negeri Malang (Polinema). Setiap tahun, ribuan mahasiswa dari seluruh penjuru nusantara memilih Malang sebagai tempat untuk melanjutkan studi mereka.

Namun, di tengah reputasi kota pendidikan tersebut, muncul pertanyaan penting: sejauh mana lulusan perguruan tinggi di Malang mampu bersaing dalam dunia kerja yang semakin kompetitif?

Kuantitas Lulusan Tinggi, Bagaimana dengan Kualitas?

Secara statistik, Malang menghasilkan ribuan lulusan setiap tahun. Namun, tingginya jumlah lulusan belum tentu berbanding lurus dengan tingkat serapan di pasar kerja. Banyak alumni menghadapi kenyataan sulitnya memperoleh pekerjaan yang sesuai dengan bidang studinya. Ini menunjukkan bahwa tantangan sesungguhnya bukan pada jumlah lulusan, melainkan pada kualitas dan kesiapan mereka dalam menghadapi realitas profesional.

Salah satu faktor krusial yang memengaruhi daya saing lulusan adalah kesenjangan antara pendidikan di kampus dan kebutuhan industri. Kurikulum yang kaku dan terlalu teoritis sering kali tidak mampu mengikuti dinamika dunia kerja yang terus berubah. Akibatnya, lulusan cenderung lemah dalam keterampilan praktis, komunikasi, dan pemecahan masalah—kompetensi inti yang dibutuhkan oleh perusahaan saat ini.

Kelemahan Soft Skill dan Minimnya Pengalaman Nyata

Soft skill seperti kepemimpinan, kerja tim, dan adaptasi terhadap perubahan menjadi aspek yang sering kali terabaikan dalam proses pendidikan. Banyak perusahaan menyebutkan bahwa meskipun lulusan dari Malang memiliki nilai akademik tinggi, mereka kurang percaya diri, tidak terbiasa berpikir kritis, dan kesulitan bekerja dalam tekanan.

Pengalaman lapangan pun masih minim. Program magang di banyak kampus hanya bersifat formalitas, belum menjadi sarana pembelajaran profesional yang mendalam. Hal ini menyebabkan lulusan tidak memiliki gambaran realistis tentang dunia kerja yang akan mereka hadapi.

Ketimpangan Bidang dan Over Supply Sarjana

Isu lain yang mencuat adalah tidak meratanya distribusi lulusan per bidang. Program studi seperti ekonomi, pendidikan, dan hukum mengalami kelebihan lulusan, sementara bidang vokasional, teknologi, dan industri kreatif justru kekurangan tenaga profesional. Ketidakseimbangan ini memicu pengangguran terselubung, di mana lulusan terpaksa bekerja di sektor yang tidak sesuai kompetensinya atau bahkan di sektor informal.

Kondisi ini menunjukkan bahwa banyak perguruan tinggi lebih fokus pada kuantitas mahasiswa, bukan pada penyesuaian kurikulum dengan arah pertumbuhan ekonomi dan kebutuhan riil tenaga kerja masa depan.

Baca Juga: Tips Lolos Perguruan Tinggi Negeri

Peluang Kolaborasi Kampus dan Industri

Untuk menjawab tantangan ini, kampus di Malang perlu memperkuat kolaborasi dengan dunia industri. Kemitraan dalam bentuk magang profesional, riset terapan, dan inkubasi startup bisa menjadi solusi nyata dalam menjembatani ruang kelas dengan dunia kerja. Saat ini, sebagian besar kerja sama kampus-industri masih bersifat simbolis dan belum berdampak langsung terhadap peningkatan kompetensi mahasiswa.

Pemerintah daerah juga berperan penting sebagai fasilitator dalam membangun ekosistem kerja yang berorientasi pada sinergi antara kampus, dunia usaha, dan kebutuhan masyarakat.

SDM Unggul Butuh Pembinaan Terarah

Meski begitu, tidak sedikit lulusan perguruan tinggi di Malang yang berhasil menembus pasar kerja nasional dan bahkan internasional. Mereka yang aktif berorganisasi, mengikuti pelatihan tambahan, atau terlibat dalam komunitas digital dan inovasi umumnya lebih siap bersaing. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas SDM di Malang memiliki potensi besar, hanya saja perlu penguatan pembinaan dan strategi pengembangan keterampilan abad 21 secara terstruktur.

Saatnya Bertransformasi

Malang memiliki semua elemen untuk menjadi kota penghasil SDM unggul—lingkungan akademik yang mendukung, infrastruktur pendidikan yang lengkap, dan populasi pelajar yang besar. Namun, untuk mengubah potensi tersebut menjadi keunggulan nyata, diperlukan transformasi mendalam dalam sistem pendidikan tinggi lokal.

Kampus tidak bisa lagi hanya mencetak sarjana, tetapi harus mampu melahirkan inovator, problem solver, dan pembelajar seumur hidup. Dengan demikian, lulusan perguruan tinggi Malang tidak hanya siap kerja, tetapi juga mampu memimpin perubahan dan berkontribusi dalam pembangunan bangsa di era global.

Baca Juga: Sejarah Dibangunnya Universitas Brawijaya: Lahirnya Perguruan Tinggi Ternama di Malang