Dua pekan menjelang tahun ajaran baru 2025/2026, dunia pendidikan dasar di Kota Malang menghadapi tantangan serius. Ratusan Sekolah Dasar (SD) Negeri mengalami krisis murid dengan ribuan bangku yang masih kosong. Fenomena ini menimbulkan kekhawatiran akan masa depan pendidikan dasar negeri di tengah maraknya pilihan pendidikan alternatif.
Data Terkini: 1.181 Bangku Masih Kosong
Berdasarkan data terbaru dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kota Malang per 1 Juli 2025, tercatat sebanyak 1.181 bangku kosong belum terisi di jenjang SD Negeri. Jumlah tersebut tersebar di 195 SD Negeri yang ada di seluruh wilayah Kota Malang.
Fenomena ini menjadi perhatian serius karena menunjukkan adanya penurunan minat orang tua untuk menyekolahkan anak-anak mereka di SD Negeri. Padahal, sekolah negeri selama ini menjadi pilihan utama dengan biaya yang lebih terjangkau dan fasilitas yang didukung pemerintah.
Faktor Penyebab: Dari Persepsi Kualitas hingga Kompetisi
Menurut pengamat pendidikan lokal, ada beberapa faktor yang menyebabkan turunnya minat terhadap SD Negeri. Salah satunya adalah persepsi masyarakat mengenai kualitas pengajaran yang dianggap kalah bersaing dengan sekolah swasta atau sekolah berbasis keagamaan.
“Banyak orang tua saat ini lebih memilih sekolah swasta karena dianggap lebih unggul dalam hal fasilitas, pendekatan pembelajaran, hingga nilai religius,” ujar Dr. Retno Wulandari, dosen Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang.
Selain itu, pertumbuhan sekolah-sekolah berbasis karakter, internasional, dan pesantren modern juga turut memperkaya pilihan masyarakat. Di sisi lain, beberapa SD Negeri juga mengalami keterbatasan infrastruktur dan jumlah guru yang belum ideal.
Baca Juga: Teknik Mesin Polinema Siapkan Mahasiswa Jadi Pemimpin Masa Depan Lewat Soft Skill
Upaya Disdikbud: Sosialisasi dan Pemerataan Kualitas
Menanggapi krisis ini, Kepala Disdikbud Kota Malang, Drs. Wahyu Andoko, menyatakan bahwa pihaknya telah melakukan berbagai upaya sosialisasi agar masyarakat kembali percaya terhadap kualitas SD Negeri.
“Kami sudah melakukan pendekatan ke masyarakat melalui media sosial, sosialisasi ke RT/RW, dan juga membuka layanan informasi di setiap kelurahan. Target kami adalah mengisi sebanyak mungkin bangku yang masih kosong sebelum hari pertama masuk sekolah,” jelasnya.
Disdikbud juga menegaskan pentingnya pemerataan kualitas pendidikan antar sekolah negeri. Tidak sedikit SD Negeri unggulan di Malang yang justru kelebihan peminat dan harus menolak calon siswa karena daya tampung terbatas.
Pilihan Berbasis Zona Masih Berlaku
Pendaftaran peserta didik baru (PPDB) untuk SD Negeri di Kota Malang masih menerapkan sistem zonasi. Sistem ini bertujuan untuk mendekatkan siswa ke sekolah terdekat, menghindari penumpukan di satu titik, dan mendorong pemerataan kualitas.
Namun, sistem ini juga memunculkan tantangan. Di beberapa zona yang dipenuhi sekolah swasta, SD Negeri justru minim pendaftar. Beberapa orang tua juga memilih sekolah luar zona demi kualitas tertentu.
“Kami berharap masyarakat bisa memberikan kepercayaan kepada SD Negeri, karena kami terus meningkatkan kualitas guru, kurikulum, dan fasilitas,” tambah Wahyu.
Dampak Jangka Panjang: Ancaman Penutupan?
Kekurangan murid bukan hanya berdampak pada kegiatan belajar mengajar, tetapi juga bisa berdampak pada keberlangsungan sekolah itu sendiri. Dalam jangka panjang, jika jumlah siswa terus menurun, beberapa sekolah bisa digabung atau bahkan ditutup.
Hal ini tentu mempengaruhi para tenaga pendidik, staf, dan lingkungan sekitar yang selama ini menggantungkan aktivitasnya pada sekolah.
Solusi dan Harapan
Pakar pendidikan menyarankan agar SD Negeri lebih aktif membangun citra positif melalui prestasi siswa, kegiatan kreatif, dan pemanfaatan media sosial. Pemerintah juga diharapkan mempercepat program revitalisasi infrastruktur serta pelatihan guru agar sekolah negeri semakin kompetitif.
Dengan sinergi antara pemerintah, sekolah, dan masyarakat, SD Negeri di Kota Malang diharapkan mampu kembali menjadi pilihan utama. Pendidikan dasar adalah pondasi penting bagi masa depan anak-anak, dan keberadaannya harus terus diperjuangkan.
Krisis murid yang dialami SD Negeri di Kota Malang menjadi refleksi penting bagi semua pihak. Dibutuhkan kerja sama lintas sektor untuk memastikan setiap anak mendapatkan akses pendidikan berkualitas, tak terkecuali di sekolah negeri. Dengan semangat kolaborasi, tantangan ini bisa diubah menjadi momentum perbaikan dan kebangkitan pendidikan dasar di Malang.
Baca Juga: AIESEC UMM Gelar AFL 6.0, Wadah Pemuda Malang Kembangkan Soft dan Hard Skill













