Infomalang – Memasuki pertengahan tahun, cuaca di sebagian besar wilayah Jawa Timur, termasuk Malang dan Lumajang, mulai menunjukkan tanda-tanda intensitas hujan yang meningkat. Peningkatan curah hujan ini, sayangnya, membawa serta potensi bahaya yang sudah akrab bagi para pengguna jalan di jalur penghubung Malang-Lumajang: ancaman longsor. Belum lama ini, pada Minggu (6/7/2025), longsor kembali menimbun sebagian badan jalan vital ini, mengingatkan kembali akan kerentanan jalur ini terhadap bencana alam.
Jalur Malang-Lumajang, yang merupakan salah satu akses utama penghubung dua kabupaten ini, memang dikenal memiliki topografi perbukitan dan tebing curam di beberapa titik. Kondisi geografis inilah yang menjadikannya sangat rentan terhadap longsor, terutama saat musim hujan tiba dan tanah menjadi jenuh air. Air hujan yang meresap ke dalam tanah dapat mengurangi kekuatan ikatan partikel tanah, menyebabkan massa tanah menjadi tidak stabil dan akhirnya longsor. Peristiwa longsor 6 Juli lalu, meskipun disebutkan berada di wilayah Lumajang, tetap menjadi peringatan keras bagi seluruh pengguna jalan yang melintasi rute ini.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Malang, Sadono Irawan, mengonfirmasi kejadian longsor tersebut. Meskipun titik longsor terbaru berada di luar batas administrasi Kabupaten Malang, koordinasi dan kewaspadaan tetap menjadi prioritas utama. “Masuk wilayah Lumajang,” jelas Sadono saat dikonfirmasi, menandakan bahwa ancaman longsor tidak mengenal batas wilayah administrasi dan memerlukan kewaspadaan bersama.
Insiden longsor di awal Juli ini bukanlah kali pertama terjadi di jalur Malang-Lumajang. Kurang dari dua minggu sebelumnya, tepatnya pada 28 Juni 2025, longsor juga dilaporkan melanda beberapa titik di Kecamatan Ampelgading, Kabupaten Malang. Peristiwa itu mengakibatkan terhambatnya akses lalu lintas secara signifikan. Sebuah tebing setinggi sekitar 20 meter dengan lebar 15 meter ambles, menimbun badan jalan provinsi dan menyebabkan kelumpuhan total selama beberapa jam. Kala itu, BPBD Kabupaten Malang menduga longsor dipicu oleh hujan deras yang mengguyur wilayah Ampelgading selama dua hari berturut-turut.
Baca Juga:Penganiaya di Malang Tertangkap dalam Beberapa Jam
Dampak dari longsor tidak hanya sebatas penutupan jalan sementara. Kelumpuhan akses ini tentu saja berimbas pada pergerakan ekonomi dan sosial masyarakat. Distribusi barang terhambat, waktu tempuh menjadi lebih lama, dan aktivitas masyarakat terganggu. Kondisi ini menuntut kesiapsiagaan dari berbagai pihak, baik pemerintah daerah, aparat keamanan, maupun masyarakat luas.
Menyikapi seringnya kejadian longsor, berbagai upaya pencegahan dan penanggulangan terus dilakukan. Setelah kejadian longsor 28 Juni, sejumlah personel gabungan, termasuk dari Polres Malang, disiagakan di titik-titik rawan untuk mengantisipasi bencana susulan. Kesiapsiagaan ini terbukti penting, mengingat longsor kembali terjadi sekitar seminggu kemudian. Upaya pembersihan material longsor yang cepat dan efektif menjadi kunci untuk memulihkan arus lalu lintas dan meminimalisir dampak negatif.
Saat artikel ini disusun, informasi terakhir dari BPBD Lumajang menyebutkan bahwa kondisi arus lalu lintas di jalur Malang-Lumajang telah kembali normal dan dapat dilalui dari dua arah. “Info dari BPBD Lumajang kondisi terkini sudah lancar dilalui kendaraan dari dua arah,” pungkas Sadono. Kendati demikian, kelancaran ini sifatnya sementara dan tidak menjamin tidak akan terjadi longsor di kemudian hari, mengingat masih banyak titik rawan di sepanjang jalur.
Oleh karena itu, kewaspadaan harus terus ditingkatkan, terutama bagi para pengendara yang hendak melintasi jalur ini. Selalu pantau informasi terbaru mengenai kondisi jalan dan cuaca sebelum melakukan perjalanan. Hindari melakukan perjalanan saat hujan deras mengguyur atau jika ada peringatan dini dari pihak berwenang. Mengurangi kecepatan, menjaga jarak aman, dan selalu fokus pada kondisi jalan adalah langkah-langkah bijak yang dapat mengurangi risiko.
Pemerintah daerah melalui BPBD dan dinas terkait juga diharapkan terus melakukan mitigasi bencana, seperti pemantauan rutin terhadap kondisi tebing, pembersihan drainase, dan jika memungkinkan, pembangunan infrastruktur penguat tebing di titik-titik yang sangat rawan. Edukasi kepada masyarakat sekitar mengenai tanda-tanda awal longsor dan tindakan yang harus dilakukan juga sangat penting. Dengan kerja sama dan kesadaran dari semua pihak, diharapkan potensi bahaya longsor di jalur Malang-Lumajang dapat diminimalisir, demi keselamatan dan kelancaran mobilitas masyarakat.
Baca Juga:Gudang Es Krim di Malang Dilalap Api, Kerugian Ditaksir Ratusan Juta Rupiah















