MALANG – Di tengah gempuran produk makanan ringan dari berbagai daerah, sebuah usaha mikro asal Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang berhasil mencuri perhatian pasar. Usaha yang diberi nama Cundamani ini hadir dengan berbagai varian makanan ringan yang bercita rasa khas dan harga terjangkau. Meski baru beroperasi selama tiga bulan, Cundamani telah mencatatkan penjualan hingga 32 ribu pack per bulan.
Didirikan oleh pasangan suami istri, Corry Abdullah dan istrinya, UMKM ini mengusung tagline “Pedasnya sadis, harganya manis” yang langsung mencerminkan konsep produk mereka. Tak hanya soal rasa, nama “Cundamani” pun dipilih dengan penuh makna. Dalam bahasa Sanskerta, Cundamani berarti permata terbaik, dan dalam pewayangan, nama ini merujuk pada senjata pamungkas. Harapan besar pun melekat pada nama tersebut—yakni agar usaha ini bisa menjadi kekuatan utama dalam kehidupan dan ekonomi keluarga mereka.
Produk yang dijual Cundamani sangat beragam
mulai dari makaroni, usus crispy, basreng, mie gulung, mie kriting, ulir, keripik kerang, molreng, kripca, hingga mie lidi. Setiap produk dikemas dalam ukuran 50 gram dan dijual dengan harga Rp 5.000 saja. Selain itu, pelanggan bisa memilih tingkat kepedasan mulai dari original, pedas asik, pedas sadis, hingga pedas jeruk.
Menurut Corry, keunikan utama dari produk Cundamani terletak pada cita rasa dan penggunaan rempah-rempah asli yang menjadikan rasa camilan lebih kuat dan berbeda dari produk serupa di pasaran. “Yang membedakan Cundamani adalah kita full rempah. Cita rasa yang kami tawarkan benar-benar beda,” ungkapnya.
Saat ini, Cundamani diproduksi dengan bantuan lima orang tenaga kerja, selain Corry dan istrinya yang turut terlibat langsung dalam proses produksi. Kapasitas produksi harian mereka bisa mencapai 1.200 hingga 3.000 pack per hari, tergantung permintaan pasar. Dalam bulan kedua berdiri, Cundamani berhasil menjual 24 ribu pack, dan pada bulan ketiga penjualan meningkat menjadi 32 ribu pack.
Untuk memperluas jangkauan pasar, Corry mengandalkan berbagai platform digital, seperti Instagram, Shopee, dan website resmi mereka di www.macaronicundamani.com. Ia juga membangun jaringan reseller sebagai strategi distribusi. Saat ini, tercatat sekitar 300 reseller aktif yang memasarkan produk Cundamani, di mana 90 persen di antaranya murni menjual produk tersebut secara eksklusif.
baca Juga: Cuaca Ekstrem, Nelayan Ngliyep Gelar Ritual Larung Sesaji
Sebelum mendirikan Cundamani, Corry telah memiliki pengalaman selama enam tahun sebagai distributor utama produk makanan ringan pedas. Ia bahkan memiliki database lebih dari 6.000 reseller. Pengalaman tersebut menjadi bekal kuat bagi dirinya dalam membangun brand baru ini. Namun karena berbagai pertimbangan, ia akhirnya memilih untuk memproduksi dan memasarkan produknya sendiri.
Legalitas produk juga menjadi perhatian utama bagi Corry.
Ia memastikan bahwa semua izin usaha, termasuk dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag), telah dimiliki oleh Cundamani. Hal ini menjadi langkah penting untuk membuka peluang lebih besar, terutama dalam upaya masuk ke pasar ritel modern.
“Saat ini produk Cundamani sudah tersedia di Jabmart, dan kami sedang dalam proses masuk ke Basmalah. Untuk Indomaret dan Alfamart, kami tengah menyiapkan segala syarat dan berharap bisa difasilitasi oleh Pemkab Malang,” ujar Corry.
Ia juga menyampaikan harapannya agar pemerintah daerah lebih aktif membantu UMKM lokal dalam mendapatkan akses pasar yang lebih luas, terutama ke toko-toko ritel modern. “Legalitas kami sudah lengkap. Harapannya bisa dibantu pemerintah untuk bisa masuk Indomaret dan Alfamart. Kami sudah mendapat surat rekomendasi dari Disperindag,” tutupnya.
Cundamani kini bukan hanya merek camilan biasa, tetapi mulai berkembang sebagai simbol semangat dan kemandirian UMKM lokal. Dengan strategi pemasaran yang kuat, cita rasa khas, dan dukungan legalitas yang memadai, Cundamani menunjukkan bahwa UMKM daerah bisa bersaing di pasar nasional.
Baca Juga: Kapolsek Turen Dapat Apresiasi dari MA Mambaul Ulum














