InfoMalang – Bagi banyak anak muda yang memutuskan merantau demi menimba ilmu, pengalaman pertama di kota baru seringkali dipenuhi dengan berbagai kejutan.
Dari mengatur keuangan hingga beradaptasi dengan budaya lokal, semuanya menjadi bagian dari petualangan.
Di Malang, kota pendidikan yang sejuk dan asri, cerita anak rantau seringkali dimulai dengan satu hal yang cukup fundamental: kejutan harga makanan yang sangat bersahabat.
Namun, kejutan ini bukanlah hal buruk, justru menjadi titik awal tumbuhnya rasa terpikat hati pada kota yang dikenal dengan julukan Kota Bunga ini.
Mahasiswa baru yang datang dari berbagai pelosok Indonesia tak butuh waktu lama untuk menyadari sebuah fakta menyenangkan di Malang: makan enak dan murah bukanlah mitos belaka.
Berbagai pilihan kuliner dengan cita rasa lezat, porsi yang mengenyangkan, dan harga yang ramah di kantong seolah menjadi “berkah” tersendiri bagi para perantau.
Beberapa tempat bahkan menjelma menjadi langganan wajib, bukan hanya karena hemat, tetapi juga karena rasanya yang meninggalkan jejak kerinduan.
Berikut adalah tiga makanan yang seringkali menjadi bagian tak terpisahkan dari pengalaman beradaptasi dan jatuh cinta anak rantau pada Kota Malang.
Pecel Kawi: Legenda Rasa dan Harga Bersahabat
Salah satu kuliner yang menjadi ikon dan primadona di kalangan mahasiswa maupun masyarakat umum adalah Pecel Kawi.
Berlokasi strategis di Jalan Kawi Atas No. 43B, tempat makan ini telah berdiri kokoh sejak tahun 1975 dan tak pernah sepi pengunjung hingga kini.
Rahasia di balik popularitasnya terletak pada kombinasi harga yang terjangkau dan cita rasa bumbu kacangnya yang khas.

Bagi anak rantau, sepiring nasi pecel hangat di Pecel Kawi sering menjadi pilihan favorit untuk sarapan atau makan siang.
Ditambah dengan beragam lauk pelengkap seperti tempe goreng renyah, telur, hingga rempeyek gurih, pengalaman bersantap menjadi semakin lengkap.
Suasana tempatnya yang bersih, sederhana, dan tidak terlalu formal, justru menambah kenyamanan para pengunjung, menciptakan nuansa akrab yang pas untuk memulai hari atau mengisi perut di tengah padatnya jadwal perkuliahan.
Pecel Kawi bukan hanya soal makanan, melainkan bagian dari memori kolektif akan sebuah awal yang hangat di kota rantau.
Bakso Bakar Trowulan: Sensasi Unik yang Bikin Nagih
Malang dikenal sebagai kota bakso, dan di antara banyak varian yang ada, Bakso Bakar Trowulan berhasil mencuri perhatian dan menjadi favorit mahasiswa, terutama dengan sensasi unik bakso yang dibakar dengan bumbu khas.
Kedai ini berada di kawasan Kampus ABM, tepatnya di Jalan Candi Waringin No. 2.

Baca Juga:Cundamani Pakis: UMKM Snack Laris Ribuan Pack Tiap Bulan
Yang membuat Bakso Bakar Trowulan begitu digandrungi adalah perpaduan rasa pedas-manis yang menggoda selera, ditambah aroma bakaran yang khas.
Harga yang ramah di kantong dan porsinya yang mengenyangkan menjadikannya pilihan andalan bagi anak kos yang ingin menikmati hidangan berbeda dari rutinitas.
Suasana kedainya yang selalu ramai dan akrab juga cocok sebagai tempat berkumpul dan makan bersama teman selepas kuliah.
Bakso Bakar Trowulan bukan hanya menawarkan cita rasa, tetapi juga kebersamaan dan momen-momen santai yang tak terlupakan.
Nasi Goreng Mawut Kaki Lima: Penyelamat Malam yang Praktis
Ketika malam tiba, perut mulai keroncongan, dan dompet menipis, nasi goreng mawut kaki lima seringkali menjadi solusi utama bagi mahasiswa yang ingin makan malam cepat, murah, dan mengenyangkan.
Penjualnya mudah ditemukan di berbagai sudut kota, terutama di dekat area kampus atau perumahan mahasiswa, siap melayani hingga larut malam.
Nasi goreng mawut ini memiliki ciri khas penyajiannya yang unik, yakni nasi goreng yang dicampur dengan mi, telur, dan beragam sayuran dalam satu porsi besar.

Harganya yang sangat terjangkau, mulai dari Rp 10 ribu, membuat makanan ini menjadi langganan bagi anak rantau yang harus berhemat.
Lebih dari sekadar makanan, nasi goreng mawut kaki lima menjadi simbol efisiensi dan kepraktisan, sebuah penyelamat di kala lapar melanda dan bujet terbatas, menciptakan ikatan emosional antara anak rantau dengan kuliner jalanan Malang yang jujur dan mengenyangkan.
Ketiga makanan ini hanyalah secuil dari khazanah kuliner Malang yang luas dan beragam. Namun, mereka mewakili pengalaman tak terlupakan bagi banyak anak rantau.
Bukan hanya karena rasanya yang lezat dan harganya yang bersahabat, tetapi juga karena pengalaman makan di tempat-tempat itu seringkali menyimpan kenangan manis selama masa kuliah.
Dari kejutan akan harga yang tak terduga, hingga akhirnya terpikat dan jatuh cinta pada pesona kota ini, perjalanan seorang anak rantau di Malang adalah kisah tentang adaptasi, penemuan, dan akhirnya, panggilan hati untuk menyebut kota ini sebagai rumah kedua.
Baca Juga:Jelajah Rasa Malang dari Makanan Tradisional ke Kuliner Kekinian














