Breaking

Indonesia dan Uni Eropa Sepakat Percepat Perjanjian Dagang Bebas

infomalang.com/ BRUSSELS — Indonesia dan Uni Eropa (UE) telah mencapai sebuah kesepakatan politik penting untuk mempercepat penyelesaian Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif atau Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA). Pengumuman tersebut disampaikan dalam konferensi pers bersama oleh Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, dan Presiden Indonesia, Prabowo Subianto, pada Minggu (13/7).

Dalam pidatonya, Ursula von der Leyen menyatakan bahwa kesepakatan ini merupakan langkah maju yang penting dalam memperkuat hubungan ekonomi antara Indonesia dan negara-negara Uni Eropa. “Ada banyak potensi yang belum tergarap dalam hubungan perdagangan kita, dan perjanjian ini hadir pada waktu yang sangat tepat,” ujar von der Leyen.

CEPA adalah inisiatif bilateral yang bertujuan untuk memperluas akses pasar, meningkatkan investasi, dan memperkuat kerja sama ekonomi antara kedua pihak. Perundingan CEPA sendiri telah berlangsung sejak tahun 2016, namun mengalami berbagai hambatan teknis dan politik yang memperlambat prosesnya.

Prabowo Subianto, dalam pernyataannya, menyambut baik kemajuan ini dan menekankan pentingnya kerja sama ekonomi yang saling menguntungkan. “Kami menganggap Eropa sangat penting bagi kami. Di tengah ketidakpastian global, kerja sama seperti ini menjadi simbol stabilitas dan kemajuan,” ujarnya.

Manfaat Ekonomi yang Luas

Perjanjian ini akan membuka peluang besar di sejumlah sektor utama seperti pertanian, otomotif, energi terbarukan, dan industri digital. Diharapkan bahwa implementasi CEPA akan memberikan peningkatan signifikan terhadap volume perdagangan bilateral yang saat ini masih relatif kecil dibandingkan potensi yang ada.

Baca Juga:Larangan Sound Horeg Berlaku di Acara Karnaval dan Bersih Desa Kota Malang

Menurut data Kementerian Perdagangan RI, nilai perdagangan Indonesia–UE pada tahun 2023 mencapai USD 31,2 miliar. Dengan adanya perjanjian ini, target kenaikan nilai perdagangan menjadi dua kali lipat dalam lima tahun ke depan dinilai realistis.

Bagi Indonesia, CEPA juga dapat menjadi batu loncatan untuk meningkatkan ekspor produk unggulan seperti kelapa sawit, kopi, kakao, rempah-rempah, serta komponen elektronik dan otomotif. Sementara UE berharap dapat memperluas akses terhadap pasar Indonesia yang besar dan sedang berkembang pesat.

Komitmen terhadap Keberlanjutan

Salah satu isu utama dalam negosiasi CEPA adalah komitmen terhadap aspek keberlanjutan dan lingkungan hidup. Uni Eropa secara konsisten mendorong agar setiap perjanjian dagang disertai dengan standar keberlanjutan yang tinggi, termasuk perlindungan hutan tropis dan hak buruh.

Pihak Indonesia menyatakan kesiapannya untuk menyelaraskan kebijakan domestik dengan prinsip keberlanjutan global, namun tetap menegaskan perlunya menghargai konteks pembangunan nasional. Dalam pertemuan tersebut, kedua belah pihak menyatakan komitmen untuk melanjutkan dialog konstruktif agar ditemukan titik temu yang seimbang.

Dukungan dari Sektor Swasta

Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN) menyambut baik perkembangan ini. Ketua Umum KADIN, Arsjad Rasjid, menyebut kesepakatan ini sebagai angin segar bagi pelaku usaha, terutama UMKM dan eksportir nasional. “CEPA akan memberikan kepastian dan insentif bagi investasi dan ekspor Indonesia ke Eropa,” katanya.

Begitu pula dengan pelaku industri Eropa yang melihat pasar Indonesia sebagai peluang pertumbuhan baru. Asosiasi Industri Jerman (BDI) dalam pernyataannya mengatakan bahwa Indonesia merupakan mitra strategis dalam diversifikasi rantai pasokan global.

Langkah Selanjutnya

Setelah kesepakatan politik ini dicapai, langkah berikutnya adalah percepatan finalisasi pasal-pasal teknis dalam perjanjian. Targetnya, perjanjian final dapat ditandatangani dan diratifikasi pada akhir 2025.

Dengan tercapainya kesepakatan ini, Indonesia dan Uni Eropa menunjukkan komitmen bersama dalam membangun ekonomi global yang lebih inklusif, terbuka, dan berkelanjutan. Di tengah ketidakpastian geopolitik dan perlambatan ekonomi dunia, kolaborasi seperti ini menjadi contoh penting bagaimana diplomasi ekonomi dapat menciptakan peluang nyata bagi kedua belah pihak.

Baca Juga:Anjloknya Harga Nikel Guncang Ekonomi Tambang Indonesia