InfoMalang –Gunung Semeru di Jawa Timur kembali menunjukkan peningkatan aktivitas vulkanik yang signifikan. Pada hari Rabu pagi, 16 Juli 2025, sekitar pukul 06.13 WIB, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) melalui aplikasi resmi MAGMA Indonesia mengonfirmasi telah terjadi letusan. Gunung tertinggi di Pulau Jawa ini memang dikenal aktif, namun letusan frekuensi dalam beberapa hari terakhir menimbulkan kekhawatiran tersendiri di kalangan warga dan pihak berwenang.
Erupsi yang terjadi pagi ini merupakan bagian dari rangkaian aktivitas vulkanik yang telah terpantau sejak awal pekan. Data PVMBG mencatat, Gunung Semeru telah mengalami 22 kali letusan hanya dalam kurun waktu tujuh hari terakhir. Meskipun tidak teramati secara visual akibat tertutup kabut tebal, letusan tersebut tercatat jelas pada seismograf dengan amplitudo maksimum sebesar 22 milimeter dan durasi gempa mencapai 118 detik.
Baca Juga: Rendra Masdjarad Safaat Beri Dukungan Penuh terhadap Sekolah Rakyat yang Digagas oleh Kemensos RI
Tinggi kolom abu dalam letusan kali ini tidak dapat dipastikan karena tidak terpantau dari sisi visual. Hal ini bukan berarti tidak berbahaya, karena meskipun tidak terlihat, potensi bahaya tetap mengintai, terutama bagi warga yang beraktivitas di sektor rawan. PVMBG menekankan pentingnya kewaspadaan meskipun tidak ada peluncuran awan panas yang teramati secara langsung.
Dalam laporan aktivitas kegempaan sepanjang 16 Juli 2025, tercatat 31 kali gempa letusan atau letusan dengan amplitudo antara 10 hingga 22 milimeter dan durasi gempa 61 hingga 178 detik. Selain itu, terjadi pula tiga kali gempa guguran serta dua kali gempa hembusan. Semua data ini menunjukkan bahwa Semeru masih sangat aktif dan berpotensi menimbulkan letusan susulan.
Status Gunung Semeru saat ini berada di Level II atau Waspada. Status ini mengharuskan masyarakat, terutama yang tinggal di sekitar lereng gunung, untuk meningkatkan kewaspadaan dan mengikuti semua arahan dari pihak yang berwenang. Meskipun bukan status tertinggi, namun Level II menandakan bahwa aktivitas magma dan tekanan di dalam gunung sedang meningkat.
PVMBG menghimbau agar tidak ada aktivitas apapun di sektor tenggara sepanjang Besuk Kobokan sejauh delapan kilometer dari puncak kawah. Di luar radius tersebut, masyarakat juga diminta untuk tidak beraktivitas dalam jarak 500 meter dari tepi sungai, potensi mengingat bahaya awan panas dan aliran lahar bisa meluas hingga 13 kilometer dari pusat letusan.
Langkah mitigasi ini sangat penting, mengingat sejarah letusan Semeru beberapa tahun terakhir yang sering menimbulkan korban jiwa dan kerusakan infrastruktur. Oleh karena itu, kesiapsiagaan masyarakat dan sinergi antarinstansi menjadi hal utama yang harus diperkuat saat ini.
Berdasarkan data dari MAGMA Indonesia, sepanjang tahun 2025 saja, telah terjadi 5.132 letusan gunung berapi di seluruh Indonesia. Gunung Semeru menjadi penyumbang terbesar dengan 2.082 kali letusan. Jumlah ini menegaskan bahwa Semeru adalah gunung api paling aktif di tanah air dan memiliki potensi bencana yang besar jika tidak ditayangkan dengan serius.
Dari sisi geologi, frekuensi letusan yang tinggi ini disebabkan oleh aktivitas magma dangkal yang masih terus mendorong material vulkanik ke permukaan. Aktivitas vulkanik ini bersifat fluktuatif, namun dapat memuncak secara tiba-tiba. Oleh karena itu, data seismik dan visual terus dikumpulkan secara real-time untuk dijadikan dasar rekomendasi keselamatan.
Dalam upaya pengurangan risiko, PVMBG terus memperkuat sistem pemantauan dengan menggunakan alat seismograf, pengukur gas vulkanik, dan kamera pengawas di berbagai titik sekitar Gunung Semeru. Selain itu, jalur evakuasi dan tempat pengungsian juga telah dipetakan ulang untuk mengantisipasi letusan besar yang mungkin terjadi.
Partisipasi aktif dari masyarakat menjadi kunci utama dalam menjaga keselamatan bersama. Edukasi mengenai tanda-tanda bahaya letusan, cara mengeluarkan yang benar, dan pemahaman zona rawan harus terus dilakukan oleh pemerintah daerah bersama relawan tanggap bencana. Komunikasi yang cepat dan tepat antara warga dan petugas lapangan akan menentukan efektivitas penanganan jika kondisi memburuk.
Sementara itu, kegiatan ekonomi dan sosial masyarakat sekitar gunung seperti pertanian dan wisata alam juga harus diatur sedemikian rupa agar tidak masuk ke zona berbahaya. Pemerintah daerah diharapkan mampu menyeimbangkan kebutuhan ekonomi dengan faktor keselamatan.
Penting pula untuk menyampaikan informasi erupsi secara akurat melalui media resmi, agar tidak terjadi ketakutan yang dipicu oleh berita hoaks. PVMBG dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memiliki peran penting dalam menginformasikan kondisi terkini dan langkah antisipatif secara transparan dan terstruktur.
Masyarakat luas diimbau untuk selalu memperhatikan peringatan dari otoritas terkait dan tidak melakukan aktivitas yang membahayakan diri sendiri maupun orang lain. Gunung Semeru, dengan keindahannya yang memukau, juga menyimpan potensi bahaya yang harus dihargai dan dipahami secara bijaksana.
Dengan pengawasan ketat, edukasi yang berkelanjutan, serta kolaborasi antarinstansi dan warga, potensi bencana akibat letusan Gunung Semeru dapat ditekan seminimal mungkin. Harapannya, kondisi geologi segera stabil dan kehidupan masyarakat sekitar dapat berjalan kembali normal dan aman.















