Breaking

Dolar AS Kian Menguat, Nilai Tukar Rupiah Sentuh Rp 16.315

InfoMalangNilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) kembali menunjukkan penguatan signifikan terhadap rupiah pada awal perdagangan hari ini, Kamis (17/7/2025). Berdasarkan data Bloomberg pukul 09.15 WIB, kurs dolar AS tercatat menguat sebesar 28,50 poin atau 0,17%, dan kini berada di level Rp 16.315 per dolar. Angka ini mencerminkan tekanan lanjutan terhadap rupiah seiring meningkatnya penawaran global dan dampak kebijakan ekonomi dari negara adidaya tersebut.

Faktor Utama: Kesepakatan Dagang AS-Indonesia

Penguatan dolar AS terhadap rupiah tidak lepas dari pengaruh kebijakan tarif impor terbaru yang diumumkan oleh Presiden AS, Donald Trump. Dalam pernyataannya, Trump menyampaikan bahwa AS dan Indonesia telah mencapai kesepakatan perdagangan bilateral, hasil pertemuan virtual antara dirinya dan Presiden Prabowo Subianto.

Kesepakatan tersebut mencakup komitmen Indonesia untuk tidak mengenakan tarif terhadap impor barang dari AS. Sebaliknya, AS akan menurunkan tarif terhadap produk asal Indonesia dari sebelumnya 32% menjadi 19%. Ini merupakan tingkat tarif terendah dibandingkan dengan negara-negara lain di kawasan Asia, seperti Bangladesh (35%), Thailand (36%), dan Malaysia (25%).

Sebagai bagian dari perjanjian tersebut, Indonesia juga sepakat untuk membeli energi dari AS senilai US$ 15 miliar, produk pertanian senilai US$ 4,5 miliar, dan 50 unit pesawat Boeing, termasuk seri Boeing 777. Meski menguntungkan dalam jangka panjang bagi kerja sama strategis kedua negara, dalam jangka pendek, kebijakan ini memberi tekanan pada neraca perdagangan Indonesia dan nilai tukar rupiah.

Baca Juga: Strategi RI Hadapi Tarif Trump: Siap Beli 50 Boeing dan Komoditi AS

Penguatan Global Dolar AS

Tidak hanya rupiah yang melemah, dolar AS juga menunjukkan penguatan terhadap sebagian besar mata uang utama Asia dan global. Berdasarkan data pasar, dolar AS menguat terhadap:

  • Dolar Taiwan: +0,06%
  • Won Korea Selatan: +0,18%
  • Rupee India: +0,15%
  • Ringgit Malaysia: +0,09%
  • Baht Thailand: +0,23%
  • Yen Jepang: +0,35%
  • Dolar Singapura: +0,21%
  • Dolar Australia: +0,66%

Namun, terhadap peso Filipina, dolar mengalami pelemahan sebesar 0,17%, dan terhadap yuan Tiongkok, melemah tipis sebesar 0,01%. Hal ini menunjukkan bahwa kekuatan dolar saat ini bersifat relatif dan dipengaruhi oleh kebijakan moneter negara mitra dagang serta sentimen regional.

Dampak Terhadap Perekonomian Domestik

Pelemahan nilai tukar rupiah tentu menimbulkan sejumlah konsekuensi terhadap perekonomian nasional. Barang-barang impor, terutama di sektor energi, bahan baku industri, dan teknologi, dipastikan akan mengalami kenaikan harga. Hal ini dapat memicu inflasi dan meningkatkan daya beli masyarakat jika tidak segera melakukan antisipasi.

Meski demikian, di sisi lain, pelemahan rupiah juga membuka peluang bagi pelaku ekspor. Produk-produk Indonesia lebih kompetitif di pasar global, terutama di sektor seperti tekstil, furnitur, produk pertanian, dan industri kreatif. Oleh karena itu, perlu adanya strategi terpadu agar sektor ekspor mampu mengambil peluang dari kondisi nilai tukar saat ini.

Langkah Bank Indonesia dan Pemerintah

Menghadapi volatilitas ini, Bank Indonesia (BI) diyakini akan mengintensifkan intervensi pasar valuta asing, memperkuat cadangan devisa, serta menjaga suku bunga acuan agar stabil. Upaya ini dilakukan demi menjaga kestabilan moneter, menahan laju inflasi, dan mengurangi gejolak pasar.

Pemerintah juga mempercepat realisasi investasi asing dan memperkuat ketahanan sektor riil, terutama dalam produksi dalam negeri dan ketergantungan terhadap bahan baku impor. Diversifikasi pasar ekspor dan peningkatan nilai tambah produk lokal menjadi kunci penting dalam menjaga daya saing.

Pandangan Analis dan Investor

Sejumlah analis pasar memandang penguatan dolar AS saat ini lebih bersifat jangka pendek, sebagai respons atas kebijakan fiskal agresif di AS. Namun, bila tidak diimbangi dengan kebijakan struktural dalam negeri, tekanan terhadap rupiah bisa berlanjut hingga akhir kuartal ketiga 2025.

Investor juga mulai mencari aset-aset safe haven, termasuk dolar AS dan emas, sebagai bentuk perlindungan terhadap krisis geopolitik serta perubahan kebijakan suku bunga global. Hal ini semakin memperkuat posisi dolar di pasar internasional, sekaligus menekan nilai tukar negara berkembang seperti Indonesia.

Kesimpulan

Penguatan dolar AS hingga menembus Rp 16.315 merupakan sinyal kuat bahwa stabilitas perekonomian nasional sangat dipengaruhi oleh dinamika global. Kesepakatan perdagangan Indonesia-AS membawa potensi kerja sama jangka panjang, namun juga menuntut kesiapan Indonesia dalam menghadapi tantangan struktural dan kegagalan pasar.

Diperlukan sinergi yang solid antara pemerintah, Bank Indonesia, pelaku usaha, dan masyarakat untuk menjaga kestabilan ekonomi, meningkatkan produktivitas domestik, dan memperkuat ketahanan ekonomi terhadap tekanan eksternal.

Baca Juga: Marketplace Minta Waktu 1 Tahun, Pajak Pedagang Online Belum Siap Diterapkan