Breaking

4 Tuntutan Driver Grab soal Komisi yang Bikin Geger, Nomor 1 Jadi Sorotan

infomalang.com/ — Para pengemudi Grab yang tergabung dalam komunitas ojek online kembali menyuarakan tuntutan mereka terhadap pihak manajemen Grab Indonesia. Aksi ini dipicu oleh ketidakpuasan atas skema pembagian komisi yang dinilai tidak adil dan membebani driver, terlebih di tengah naiknya biaya operasional seperti BBM, perawatan kendaraan, dan kebutuhan sehari-hari.

Aksi protes yang dilakukan secara serentak di beberapa kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan Medan ini menyoroti empat tuntutan utama yang selama ini menjadi keresahan pengemudi. Tak sedikit dari mereka yang mengeluhkan sistem algoritma yang dianggap menguntungkan perusahaan, namun merugikan mitra driver yang menjadi ujung tombak layanan.

Berikut adalah empat tuntutan utama yang disuarakan para pengemudi Grab Indonesia:

Baca Juga:Harga Sembako Kota Batu Goyang: Cabai Besar Melambung, Tomat Terjun Bebas!

1. Kenaikan Tarif Dasar untuk Perjalanan Pendek dan Menengah

Tuntutan pertama yang paling banyak disuarakan adalah kenaikan tarif dasar. Para driver menilai bahwa tarif saat ini sudah tidak relevan dengan kondisi ekonomi terkini, terutama setelah harga BBM dan biaya hidup meningkat tajam pasca pandemi dan inflasi global.

Untuk perjalanan jarak dekat hingga menengah, driver hanya memperoleh penghasilan bersih yang minim setelah dipotong komisi dan biaya operasional. Mereka berharap agar Grab menyesuaikan tarif minimum secara berkala berdasarkan fluktuasi harga pasar dan biaya operasional.

“Tarif Rp8.000 – Rp10.000 itu nggak cukup kalau kita harus bagi lagi sama perusahaan. Belum bensin, cicilan motor, makan harian, semua harus kita tanggung sendiri,” ujar Riko, driver GrabBike asal Bekasi.

2. Transparansi Algoritma dan Sistem Pemetaan Order

Salah satu keresahan besar yang disampaikan oleh driver adalah tentang sistem algoritma yang digunakan Grab. Banyak pengemudi mengaku tidak memahami bagaimana order dibagikan, mengapa mereka bisa tiba-tiba tidak mendapatkan order selama berjam-jam, atau mengapa rating mereka turun padahal tidak melakukan pelanggaran.

Tuntutan transparansi ini dimaksudkan agar para mitra tidak merasa seperti “diperbudak sistem” yang tidak jelas. Mereka menginginkan informasi terbuka mengenai bagaimana sistem menentukan rating, prioritas order, dan sanksi yang dikenakan.

“Kami merasa sistem ini tidak berpihak pada kami. Kadang order kecil terus, padahal kita sudah standby di tempat ramai,” kata Sulaiman, pengemudi GrabCar di Jakarta Timur.

3. Pengurangan Komisi Perusahaan dan Pembagian Lebih Adil

Driver juga menyoroti pembagian komisi yang dinilai memberatkan. Saat ini, Grab mengambil potongan komisi sekitar 20–25 persen dari setiap transaksi, belum termasuk potongan biaya layanan dan pajak digital. Dalam praktiknya, penghasilan bersih driver semakin menipis.

Para mitra menuntut agar perusahaan hanya mengambil maksimal 10–15 persen dari total tarif sebagai bentuk penghargaan terhadap kerja keras mitra di lapangan. Mereka juga menyarankan agar ada sistem insentif tambahan bagi mitra yang aktif, berprestasi, dan tidak melanggar aturan.

“Grab dapat untung besar dari volume transaksi, masa kita yang di jalan, panas-panasan, cuma dapat sisanya,” ujar Eko, driver GrabBike di Surabaya.

4. Jaminan Sosial dan Perlindungan Kesehatan untuk Mitra

Tuntutan terakhir yang tidak kalah penting adalah jaminan sosial dan kesehatan. Banyak mitra merasa tidak memiliki perlindungan yang layak apabila mengalami kecelakaan, sakit, atau masa tidak produktif.

Mereka berharap agar Grab turut berkontribusi dalam menyediakan skema perlindungan seperti BPJS Kesehatan, BPJS Ketenagakerjaan, dan bahkan dana darurat bagi mitra yang mengalami musibah saat bertugas.

Dalam jangka panjang, para mitra juga menginginkan adanya tabungan hari tua atau program pensiun untuk memberikan rasa aman dan sejahtera setelah mereka tidak lagi bisa bekerja sebagai driver.

Respon Perusahaan

Menanggapi aksi dan tuntutan ini, pihak Grab Indonesia dalam pernyataan resmi mengatakan bahwa mereka terus berupaya untuk meningkatkan kesejahteraan mitra melalui program-program insentif dan pelatihan. Namun, mereka juga menegaskan bahwa perusahaan harus menyeimbangkan kebutuhan pelanggan, mitra, dan keberlangsungan operasional.

“Grab sangat menghargai masukan dari para mitra. Kami berkomitmen untuk terus berdialog dan menemukan solusi yang terbaik bagi semua pihak,” demikian bunyi pernyataan resmi Grab.

Meskipun pernyataan tersebut terkesan normatif, driver berharap perusahaan akan benar-benar mengimplementasikan perubahan dalam waktu dekat, bukan hanya janji semata.

Harapan ke Depan

Gelombang aspirasi yang disampaikan para driver Grab adalah cermin dari tekanan ekonomi yang nyata serta kesenjangan antara mitra dan manajemen. Jika tidak ditanggapi serius, bukan tidak mungkin kepercayaan para mitra akan menurun dan berpengaruh pada kualitas layanan di lapangan.

Dalam era digital dan mobilitas tinggi, perusahaan seperti Grab seharusnya mampu menyeimbangkan profit dan keadilan. Para driver bukan sekadar mitra, tapi tulang punggung ekosistem layanan. Sudah saatnya mereka mendapatkan hak dan perlindungan yang setara dengan kontribusi yang mereka berikan setiap hari.

Baca Juga:7 Sorotan Kinerja Hijau Bank Mandiri di Tengah Tren Suku Bunga Rendah