Breaking

Sound Horeg Tembus 130 dB, Warga Jatim Ingatkan Risiko Gangguan Pendengaran Lewat Tes Aplikasi

MALANG – Sound horeg dengan suara menggelegar dari sound system acara tahunan yang melintasi pemukiman warga kembali menjadi sorotan publik.

Dilansir dari akun TikTok @rizkireffa pada Minggu (20/07/2025), seorang warga Jawa Timur yang iseng menguji tingkat kebisingan menggunakan aplikasi DB Meter di ponselnya saat acara berlangsung tepat di depan rumah.

Hasilnya cukup mengejutkan, jarum menunjuk angka 130 dB pada skala dB-C.

“Entah aplikasi ini seakurat apa, tapi yang jelas jarumnya mentok di angka 130 dB,” tulisnya dalam caption.

Ia mengedukasi soal kebisingan dan gangguan pendengaran bahwa paparan suara 130 dB tanpa alat pelindung telinga seperti earplug atau earmuff hanya aman selama 0,88 detik.

Lebih dari itu, risiko kehilangan pendengaran dalam jangka panjang meningkat drastis.

“Saya sudah pakai earmuff, tapi getaran suaranya masih terasa,” tegasnya.

Baca Juga: Polda Jatim Resmi Keluarkan Imbauan Larangan Sound Horeg yang Meresahkan Warga

Ia juga mengingatkan masyarakat yang menyukai event-event jalanan dengan sound system besar atau yang lebih dikenal dengan sebutan sound horeg untuk lebih waspada terhadap risiko kesehatan.

“Mau tidak mau kami tetap terpapar. Tapi kalau kamu suka nonton acara seperti ini, pelindung telinga bisa jadi pilihan terbaik untuk jangka panjang.” lanjutnya.

Unggahan tersebut pun sontak menarik perhatian netizen. Banyak yang memperdebatkan keakuratan pengukuran dB menggunakan ponsel, dengan pendapat yang terbagi antara pro dan kontra.

“Knalpot racing dilarang yang kaya gini dibiarin,” ujar akun @irgi***.

“Kalau ngukur dB pakai HP bisa akurat kayaknya pabrik dB meter bangkrut. Sungguh puncak komedi sekali ngukur dB menggunakan HP. Secara beda HP beda respon. HP ku tak coba ngukur waktu karnaval saja cuma tembus 89 dB,” ujar akun @lb_***.

“Percuma kasih tahu SDM rendah. Batunya udah tingkat ultimate,” ujar akun @gofik***.

Fenomena sound horeg memang kerap jadi kontroversi di sejumlah daerah, terutama saat menyasar wilayah padat penduduk.

Tingkat kebisingannya tak hanya mengganggu kenyamanan, tapi juga berpotensi berdampak pada kesehatan telinga dan kesejahteraan psikologis warga sekitar.

Baca Juga: MUI Jatim Minta Kemenkum HAM Tidak Terbitkan Legalitas HKI Sound Horeg