Breaking

SDN 1 dan 2 Petungsewu Jadi Lokasi Edukasi Ecoyouth oleh KKN 36

Infomalang – Petungsewu, 25 Juli 2025 – Dua sekolah dasar di Desa Petungsewu, yakni SDN 1 dan SDN 2 Petungsewu, menjadi lokasi penyelenggaraan program edukatif bertajuk Ecoyouth yang digagas oleh Kelompok KKN 36. Program ini dirancang sebagai bentuk kontribusi nyata mahasiswa terhadap pembangunan karakter dan kesadaran lingkungan bagi anak-anak usia sekolah dasar.

Dengan pendekatan interaktif dan kreatif, mahasiswa KKN 36 menyasar siswa-siswi kelas 3 hingga kelas 6 untuk diberikan pemahaman tentang pentingnya menjaga lingkungan hidup sejak dini, terutama dalam hal pengelolaan sampah. Program ini disambut antusias oleh para siswa dan mendapatkan apresiasi dari pihak sekolah.

Menanamkan Nilai Peduli Lingkungan Sejak Dini

Kegiatan Ecoyouth berlangsung selama dua hari berturut-turut di masing-masing sekolah. Dalam pelaksanaannya, para mahasiswa menyampaikan materi dengan pendekatan yang menyenangkan, agar anak-anak lebih mudah memahami dan tertarik untuk terlibat aktif.

Fokus utama edukasi adalah pada prinsip 3R: Reduce, Reuse, dan Recycle, yang diperkenalkan melalui sesi diskusi ringan, demonstrasi langsung, dan praktik kreatif. Para siswa juga diajak berdiskusi mengenai kebiasaan membuang sampah, jenis-jenis sampah, serta dampaknya terhadap lingkungan jika tidak dikelola dengan benar.

Menurut Bayu, koordinator program Ecoyouth dari KKN 36, penting bagi anak-anak untuk memiliki kesadaran lingkungan sejak usia dini. “Anak-anak adalah bagian dari generasi masa depan. Dengan memberi edukasi lingkungan sejak sekarang, kita sedang menanam benih perubahan yang akan berdampak besar dalam jangka panjang,” ungkap Bayu.

Kegiatan Praktik yang Aplikatif dan Menarik

Usai sesi materi, para siswa dibagi berdasarkan jenjang kelas untuk melakukan praktik sesuai dengan tema kegiatan yang telah dirancang:

  • Kelas 3 diajak membuat mozaik dari potongan kertas bekas, yang melatih kreativitas sekaligus mengajarkan bahwa barang bekas masih bisa dimanfaatkan menjadi karya seni bernilai.

  • Kelas 4 diberikan botol plastik bekas untuk dilukis menjadi pot bunga, yang kemudian ditanami bibit kecil sebagai simbol tumbuhnya kepedulian lingkungan.

  • Kelas 5 dan 6 mendapatkan materi tentang pembuatan kompos dari sampah organik, seperti kulit buah, sisa sayuran, dan daun kering. Anak-anak langsung mempraktikkan proses pencampuran dan pengomposan di halaman sekolah.

Setiap aktivitas didampingi oleh mahasiswa KKN yang sudah mempersiapkan alat dan bahan sebelumnya. Suasana kegiatan pun berlangsung seru, penuh tawa, namun tetap edukatif.

Dukungan Sekolah dan Dampak Positif

Program Ecoyouth ini mendapatkan dukungan penuh dari pihak sekolah. Kepala SDN 2 Petungsewu, Ibu Catur, menyampaikan rasa terima kasihnya kepada tim KKN 36 yang telah membawa inovasi edukatif ke lingkungan sekolah.

“Kegiatan seperti ini sangat membantu kami dalam membentuk karakter siswa. Mereka jadi tahu bahwa sampah bisa dimanfaatkan, bukan hanya dibuang. Anak-anak juga jadi lebih peduli terhadap kebersihan sekolah dan lingkungannya,” tutur Ibu Catur.

baca Juga: 7 Siswa Sekolah Rakyat di Bogor Sakit, Mensos Duga karena Belum Terbiasa Makan Enak

Selain siswa dan guru, orang tua yang ikut menyaksikan juga memberikan respon positif. Beberapa bahkan mengaku tertarik untuk menerapkan praktik membuat kompos di rumah mereka masing-masing, sebagai bentuk lanjutan dari edukasi yang diberikan anak-anak mereka di sekolah.

Membangun Kesadaran Lingkungan dari Desa

Program KKN 36 dengan tema Ecoyouth ini bukan hanya sekadar proyek kegiatan kampus, tetapi lebih dari itu—sebuah inisiatif membangun kesadaran lingkungan dari desa. Desa Petungsewu yang dikenal memiliki potensi alam yang asri diharapkan menjadi contoh bahwa edukasi lingkungan tidak harus dimulai dari kota besar.

Dengan memanfaatkan bahan bekas yang mudah ditemukan di lingkungan sekitar, siswa tidak hanya belajar teori, tetapi juga praktik langsung yang mudah ditiru di rumah. Hal ini menjadi langkah kecil namun bermakna dalam membentuk kebiasaan peduli lingkungan.

Harapan Ke Depan

Melalui program seperti Ecoyouth, mahasiswa KKN 36 berharap dapat meninggalkan warisan berupa perubahan perilaku kecil namun berkelanjutan bagi generasi muda di Petungsewu. Mereka percaya bahwa edukasi yang dilakukan dengan cara yang menyenangkan akan lebih mudah tertanam dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

“Program ini mungkin hanya berlangsung dua hari, tetapi kami berharap dampaknya bisa berlangsung lama. Jika satu anak mulai memilah sampah atau menanam tanaman dari pot bekas, maka gerakan ini sudah berjalan,” tutup Bayu.

Dengan semangat kolaboratif antara mahasiswa, sekolah, dan masyarakat, program Ecoyouth di SDN 1 dan 2 Petungsewu menjadi bukti bahwa perubahan positif bisa dimulai dari pendidikan sederhana, bahkan di tingkat sekolah dasar.

Baca Juga: Ma Chung Meriahkan Malang dengan Perayaan Budaya Tionghoa Terakbar!