Breaking

Tanpa Nurcahyo, Bursa Sekda Malang Diwarnai Kejutan Baru

Infomalang – Kabupaten Malang kembali diramaikan dengan dinamika menarik dalam seleksi terbuka calon Sekretaris Daerah (Sekda). Salah satu kabar yang menyita perhatian adalah tidak masuknya nama Penjabat (Pj) Sekda saat ini, Nurcahyo, dalam daftar peserta Seleksi Terbuka (Selter). Padahal, publik dan kalangan internal birokrasi sempat memperkirakan bahwa Nurcahyo akan menjadi salah satu pesaing kuat dalam perebutan posisi strategis tersebut.

Hingga sehari menjelang penutupan pendaftaran, Nurcahyo belum mengajukan berkas pendaftaran. Tercatat baru dua nama yang secara resmi mendaftarkan diri, yakni Budiar, Kepala Dinas Cipta Karya, dan Made Arya, Kepala Badan Pendapatan Daerah (Bapenda) Kabupaten Malang. Dua nama lain, yakni Avicenna dari Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan (DTPHP), serta Eko Margianto dari Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD), dikabarkan baru akan mendaftar pada hari terakhir.

Ketidakhadiran Nurcahyo di bursa ini mengundang tanda tanya besar. Apalagi, sejak dilantik menjadi Pj Sekda pada 23 Mei 2025 lalu, nama Nurcahyo kerap disebut sebagai calon kuat yang digadang-gadang bakal melenggang mulus dalam seleksi. Namun, ketika ditanya awak media pada Sabtu malam (26/7/2025), Nurcahyo justru menanggapi dengan santai. “Tanya yang lain saja,” katanya sembari tertawa lepas.

Reaksi tersebut justru memperkuat kabar bahwa ia memang tidak akan ikut bersaing. Padahal, secara elektabilitas internal, posisinya sebagai Pj Sekda tentu memberikan nilai tambah tersendiri. Tak heran jika banyak pejabat eselon II merasa terkejut dengan sikapnya. Seorang pejabat yang hadir dalam acara malam itu menyatakan, “Padahal sebelumnya beliau terlihat serius mempersiapkan diri.”

Situasi ini mengundang komentar dari berbagai kalangan, termasuk Bupati Malang, M. Sanusi. Ia menegaskan bahwa pejabat yang sedang menjabat sebagai Pj Sekda tidak diperbolehkan mengikuti seleksi terbuka. “Kalau jadi Pj Sekda, ya tidak boleh ikut Selter. Nanti bisa memicu protes,” ujar Sanusi sambil menoleh ke arah aktivis LSM Pro Desa, Ahmad Kusairi, yang duduk di dekatnya.

Pernyataan Bupati Sanusi membuka ruang interpretasi baru. Apakah memang ada aturan tak tertulis yang membatasi peran Pj Sekda dalam proses seleksi? Atau keputusan Nurcahyo merupakan bentuk etika birokrasi yang ingin menghindari potensi konflik kepentingan?

Baca Juga: Indonesia Percepat Perjanjian Dagang dengan Eropa dan Kanada untuk Antisipasi Tarif AS (22 Juli 2025)

Ahmad Kusairi pun merespons pernyataan tersebut dengan nada penuh antisipasi. “Ini bakal jadi permainan yang seru. Sudah mulai kelihatan siapa yang punya kekuatan,” ujarnya. Komentar itu menandakan bahwa dinamika internal birokrasi Malang sedang memasuki babak baru yang penuh intrik dan strategi.

Absennya Nurcahyo justru membuat kompetisi menjadi lebih terbuka. Peta kekuatan berubah. Nama-nama lain yang sebelumnya dianggap sebagai “penggembira” kini punya peluang lebih besar untuk tampil sebagai pemenang. Apalagi, posisi Sekda merupakan jabatan tertinggi di lingkungan birokrasi pemerintah daerah, yang memiliki peran sentral dalam menggerakkan roda administrasi dan implementasi kebijakan.

Dalam konteks tata kelola pemerintahan yang profesional dan berintegritas, proses Selter ini menjadi ujian penting bagi Pemkab Malang. Publik berharap, siapa pun yang terpilih nantinya adalah figur yang memiliki kapasitas manajerial kuat, memahami seluk-beluk pemerintahan daerah, serta mampu menjembatani antara visi kepala daerah dengan pelaksanaan teknis di lapangan.

Sementara itu, para pengamat birokrasi mencermati bahwa dinamika ini merupakan hal yang lumrah dalam sistem pemerintahan daerah. Ketidakhadiran sosok seperti Nurcahyo tak lantas menurunkan kualitas seleksi, justru menjadi peluang penyegaran struktur. Kandidat lain seperti Budiar dan Made Arya memiliki rekam jejak yang tak bisa diremehkan, terutama dalam sektor infrastruktur dan pengelolaan keuangan daerah.

Menjelang penutupan pendaftaran Selter, publik masih menanti kejutan-kejutan lain. Apakah dua nama yang dikabarkan akan mendaftar di hari terakhir akan benar-benar melengkapi daftar persaingan? Apakah ada figur kejutan lain yang akan muncul menjelang deadline? Semua masih terbuka.

Yang jelas, tanpa keikutsertaan Nurcahyo, proses seleksi ini tidak menjadi hambar. Justru sebaliknya, kejutan tersebut menjadi bumbu dalam proses regenerasi kepemimpinan birokrasi Kabupaten Malang. Semoga saja, hasil akhirnya menghasilkan Sekda terbaik, yang mampu mengawal roda pemerintahan dengan semangat pelayanan dan profesionalitas tinggi.

Baca Juga: Persaingan Ketat Jabatan Sekda Malang, Made Arya Terdepan, Avicenna-Eko Menyusul