Infomalangcom – Desa Jambesari, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang, menjadi saksi bagaimana kesadaran lingkungan bisa tumbuh sejak usia dini. Di tengah keindahan alamnya, desa ini menyimpan tantangan serius: budaya membuang sampah sembarangan yang masih tinggi. Namun, semangat perubahan itu kini muncul dari anak-anak Sekolah Dasar Negeri (SDN) 02 Jambesari melalui program bertajuk “Kenali Sampahmu, Lindungi Desamu”.
Program ini merupakan hasil kolaborasi antara SDN 02 Jambesari dan Mahasiswa Membangun Desa (MMD) Universitas Brawijaya, khususnya dari Kelompok 25. Diprakarsai oleh Tiara Suryaningtyas, mahasiswi Fakultas Hukum UB, dan dibimbing langsung oleh Dr. Firman Jaya, S.Pt., M.P., program ini bertujuan menumbuhkan kesadaran anak-anak terhadap pentingnya pemilahan sampah, sesuai dengan misi Sustainable Development Goals (SDGs) ke-4, yaitu Pendidikan Berkualitas.
Edukasi Lingkungan dari Dini: Investasi Masa Depan
Salah satu langkah efektif untuk menciptakan perubahan berkelanjutan adalah melalui edukasi sejak usia sekolah. Program yang dilaksanakan selama dua hari, pada 24–25 Juli 2025, menyasar siswa kelas 6 SDN 02 Jambesari. Mereka menjadi peserta aktif dalam sosialisasi dan praktik langsung pemilahan sampah organik dan anorganik.
Kegiatan dimulai dengan edukasi interaktif mengenai dampak negatif sampah bagi lingkungan dan kesehatan. Murid-murid tidak hanya mendengarkan secara pasif, namun juga antusias berdiskusi, bertanya, dan bahkan menyampaikan pendapat kritis tentang masalah sampah di Indonesia.
“Malu banget masa Indonesia ranking kedua penyumbang sampah terbanyak di dunia!” celetuk Fauza, salah satu siswa yang menunjukkan keprihatinan luar biasa.
Pernyataan sederhana namun penuh makna ini mencerminkan bahwa anak-anak di SDN 02 Jambesari mulai memahami isu lingkungan secara lebih mendalam. Dengan pengetahuan dasar yang kuat, mereka bisa tumbuh menjadi agen perubahan dalam keluarga dan komunitas.
Aksi Nyata: Mengubah Tong Sampah Jadi Sarana Edukasi
Setelah menerima materi, para siswa diajak terlibat langsung dalam kegiatan praktik pemilahan sampah. Mereka memisahkan sampah organik dan anorganik ke dalam wadah berbeda, sesuai dengan yang telah diajarkan sebelumnya. Selain itu, delapan buah tong sampah dicat dan dihias dengan warna serta gambar menarik yang mereka buat sendiri.
Melalui kegiatan pengecatan ini, para siswa tidak hanya memahami fungsi tong sampah, tetapi juga menjadikannya sebagai simbol kreatif dan identitas dari semangat bersih-bersih di sekolah.
Menurut Tiara, alasan program ini menyasar anak-anak karena potensi mereka sebagai agen perubahan sangat besar. “Kami ingin menanamkan kesadaran sejak dini kepada anak-anak tentang pentingnya membuang sampah pada tempatnya dan memahami jenis-jenis sampah. Harapannya, mereka bisa menjadi teladan di rumah dan lingkungan sekitarnya,” ujar Tiara.
Membangun Desa dari Sekolah
Kegiatan ini sekaligus menjadi kritik konstruktif terhadap budaya membuang sampah sembarangan yang kerap terjadi setelah acara besar desa, seperti Bersih Desa. Masalah ini menodai keindahan Jambesari, yang sebetulnya memiliki lanskap alam luar biasa.
Baca juga: Momen Angkatan Laut Kerajaan Inggris Mencoba Nasi Kapau Pertama Kali
Melalui pendekatan partisipatif, siswa SDN 02 Jambesari tidak hanya diajak belajar teori, tetapi juga terlibat aktif dalam solusi nyata. Hal ini sejalan dengan prinsip Education for Sustainable Development (ESD) yang mendukung keterlibatan aktif pelajar dalam menyelesaikan masalah global di tingkat lokal.
Kolaborasi Pemerintah, Sekolah, dan Perguruan Tinggi
Program ini mendapat dukungan penuh dari pihak sekolah dan warga sekitar. Kolaborasi antara dunia pendidikan dasar dan perguruan tinggi seperti Universitas Brawijaya membuktikan bahwa sinergi lintas sektor sangat diperlukan untuk membangun kesadaran lingkungan yang berkelanjutan.
Selain itu, keterlibatan Dosen Pembimbing Lapang turut menjamin bahwa kegiatan tidak hanya seremonial, namun memiliki landasan akademik dan strategi implementasi yang jelas. Dengan metode edukatif dan pendekatan langsung ke siswa, program ini tidak hanya berhenti sebagai kampanye, melainkan gerakan yang berdampak nyata.
Menuju Jambesari yang Lebih Bersih dan Lestari
“Kenali Sampahmu, Lindungi Desamu” bukan sekadar slogan. Ini adalah langkah awal dari perubahan jangka panjang yang berorientasi pada perilaku hidup bersih dan sehat. Dengan pemahaman yang telah ditanamkan, anak-anak diharapkan bisa menjadi pionir dalam mewujudkan Jambesari sebagai desa yang ramah lingkungan.
Kiprah SDN 02 Jambesari menunjukkan bahwa perubahan bisa dimulai dari ruang kelas. Ketika edukasi lingkungan dikaitkan dengan aksi nyata dan melibatkan semua pihak, maka dampaknya bisa menjangkau lebih luas dari sekadar halaman sekolah.
Dengan semangat yang telah dibangun ini, masa depan Jambesari tampak lebih cerah—dimulai dari tangan-tangan kecil yang berani bermimpi besar.
Baca Juga: Steak Enak Gak Harus Mahal, UMKM Malang Buktikan!













