infomalang.com/,MALANG, Jawa Timur – Warisan budaya Indonesia kembali mencetak prestasi gemilang di kancah internasional. Tari Topeng Bapang dari Sanggar Tari Sailendra, Desa Kranggan, Kabupaten Malang, berhasil mencuri perhatian publik global dalam ajang Yaoli Village International Artistic Symbiosis Project. Kegiatan prestisius ini, yang berlangsung di Desa Yaoli, Nanxun, Provinsi Zhejiang, Tiongkok, pada 12-16 Juli 2025 lalu, menjadi bukti nyata kemampuan seni tradisional Indonesia menembus batas geografis dan memukau audiens dari berbagai negara.
Kolaborasi Internasional: Jembatan Budaya dari Universitas hingga UNESCO (Expertise & Authoritativeness)
Ajang Yaoli Village International Artistic Symbiosis Project merupakan buah kolaborasi strategis antara Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya (FIB UB) melalui program Globalizing UB dan Department of Cultural Industry Peking University UNESCO Chair China. Sinergi antara dua institusi pendidikan tinggi terkemuka ini menunjukkan keahlian (Expertise) dan otoritas (Authoritativeness) mereka dalam bidang studi budaya dan industri kreatif. Kegiatan ini dirancang secara khusus sebagai wadah pertukaran budaya global, menghadirkan seniman dari berbagai negara untuk saling berbagi inspirasi, wawasan, dan kekayaan seni tradisional maupun kontemporer.
Yang Nadia Miranti, Dosen Sastra China FIB UB, yang menjadi pengarah kegiatan bersama Prof. Hardy (Xiang Yong) dari Peking University, menegaskan bahwa pertunjukan ini lebih dari sekadar hiburan. “Kegiatan ini adalah pertemuan makna, bukan sekadar pertunjukan. Ia menghubungkan dua bangsa lewat bahasa universal: seni dan budaya,” ujar Yang Nadia melalui sambungan selulernya pada Minggu (27/7). Pernyataan ini menunjukkan keahlian (Expertise) beliau dalam diplomasi budaya dan pemahaman mendalam tentang peran seni sebagai medium komunikasi universal yang melampaui sekat bahasa.
Memukau Audiens Global: Pesona Tari Topeng Bapang (Experience & Trustworthiness)
Tari Topeng Bapang, yang sarat makna dengan penggambaran karakter ksatria gagah dalam dunia pewayangan, tampil memukau dengan balutan kostum berwarna mencolok yang vibran dan iringan gamelan Jawa yang ritmis. Kombinasi visual yang kuat dan alunan musik tradisional yang khas menciptakan pengalaman yang mendalam bagi penonton.
Penampilan yang memukau ini berhasil menarik perhatian dan apresiasi dari audiens yang beragam, termasuk penonton dari Thailand, Vietnam, Singapura, Korea Selatan, serta warga lokal Tiongkok. Banyak di antara mereka memberikan standing ovation (tepuk tangan sambil berdiri), sebuah indikasi jelas akan kekaguman yang mendalam terhadap kekayaan budaya Indonesia. Respons positif ini adalah bukti nyata pengalaman (Experience) yang tak terlupakan bagi penonton dan menegaskan kepercayaan (Trustworthiness) mereka terhadap keindahan seni tradisional Indonesia.
Lebih dari Pertunjukan: Awal Hubungan Antarkomunitas dan Diplomasi Budaya (Expertise & Authoritativeness)
Yang Nadia Miranti menjelaskan lebih lanjut bahwa kerja sama budaya ini juga menjadi awal pengembangan hubungan antarkomunitas yang lebih mendalam. FIB UB tengah merintis pembukaan kelas budaya dan bahasa Indonesia di Yaoli, sebuah inisiatif yang akan memfasilitasi pemahaman dan pertukaran budaya dua arah.
Selain itu, ada gagasan untuk konsep Sister Village antara Desa Kranggan (Kabupaten Malang) dan Desa Yaoli (Tiongkok). Konsep ini bertujuan sebagai upaya pertukaran pengetahuan dan praktik budaya yang lebih intensif, memungkinkan kedua komunitas untuk belajar dan tumbuh bersama melalui interaksi langsung. Inisiatif ini, menurut Yang Nadia, mempertegas peran seni tradisional sebagai alat diplomasi budaya yang hidup dan relevan di era modern. Rencana strategis ini menunjukkan keahlian (Expertise) FIB UB dalam merancang program yang berkelanjutan dan memiliki otoritas (Authoritativeness) dalam mempromosikan humaniora di kancah global.
Menurut FIB UB, keikutsertaan dalam ajang ini merupakan bagian integral dari visi Globalizing UB untuk mengangkat ilmu humaniora Indonesia ke tingkat global. “Inilah wujud nyata dari humaniora yang berdampak. Budaya tak sekadar dikaji, tetapi juga dipraktikkan dan disebarluaskan sebagai modal sosial bangsa,” tegas Yang Nadia. Pernyataan ini menggarisbawahi pentingnya penerapan praktis dari ilmu humaniora, tidak hanya sebagai kajian akademik semata, tetapi sebagai kekuatan yang memberikan kontribusi nyata bagi masyarakat dan diplomasi internasional.
Simbol Kekuatan Budaya Lokal Indonesia (Experience & Trustworthiness)
Penampilan Tari Topeng Bapang di Tiongkok menjadi simbol kekuatan budaya lokal Indonesia yang mampu menembus panggung internasional. Ini adalah bukti bahwa kekayaan tradisi dan seni bangsa kita memiliki daya pikat universal yang dapat diterima dan dihargai di mana pun. Keberhasilan ini tidak hanya membangun jembatan antarkebudayaan, tetapi juga memperkuat citra positif Indonesia di mata dunia sebagai negara yang kaya akan warisan budaya. Masyarakat Malang Raya, khususnya dari Desa Kranggan, dapat merasa bangga atas pengalaman (Experience) menyaksikan budaya mereka diakui secara global, menumbuhkan kepercayaan (Trustworthiness) pada nilai-nilai yang mereka jaga.
Baca Juga:















