Infomalang – Desa Ngroto, Pujon – Semangat pelestarian budaya lokal kembali digaungkan oleh para mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) melalui program FISIP Bakti Desa (FBD) 2025. Kelompok 2 FBD UB berhasil menghadirkan karya dokumentasi berupa video company profile kesenian Bantengan NgrotoJoyo yang bermarkas di Desa Ngroto, Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang.
Proyek ini menjadi bentuk nyata sinergi antara generasi muda dan pelaku budaya desa dalam melestarikan salah satu warisan seni tradisional khas Jawa Timur, yaitu seni Bantengan.
Bantengan, Warisan Budaya Penuh Filosofi
Bantengan merupakan seni pertunjukan tradisional yang menggabungkan unsur tari, musik, dan nilai-nilai spiritual. Dalam setiap aksinya, seni ini menggambarkan semangat keberanian, kekuatan, dan keteguhan hati, yang direpresentasikan oleh karakter seekor banteng. Tradisi ini sangat lekat dengan masyarakat Pujon dan sekitarnya, dan telah diwariskan secara turun-temurun oleh para sesepuh desa.
Namun di tengah arus globalisasi dan digitalisasi, eksistensi seni Bantengan perlahan-lahan mulai tenggelam, terutama di kalangan generasi muda. Hal inilah yang mendorong mahasiswa FISIP UB untuk mengambil langkah konkret melalui pendekatan kreatif dan digital.
Produksi Company Profile: Jembatan Antar Generasi
Selama dua pekan lebih berada di Desa Ngroto, mahasiswa Kelompok 2 FBD UB melakukan penggalian data, wawancara mendalam, hingga proses shooting bersama kelompok seni Bantengan NgrotoJoyo. Video yang diproduksi tidak hanya menampilkan aksi pertunjukan, namun juga menyuguhkan latar belakang sejarah kesenian, peran tokoh pelestari, hingga makna filosofis dari tiap elemen seni.
“Tujuan kami bukan hanya mendokumentasikan, tapi juga mengangkat narasi kearifan lokal ke media digital agar lebih banyak dikenal oleh masyarakat luas, khususnya generasi muda,” ujar salah satu mahasiswa peserta.
Selain itu, proses kreatif ini juga melibatkan anggota kesenian dan warga desa secara aktif. Kolaborasi ini memberikan nuansa kebersamaan yang kuat, menciptakan rasa kepemilikan bersama terhadap karya yang dihasilkan.
Penayangan Perdana di Balai Desa
Sebagai bentuk apresiasi terhadap warga Desa Ngroto dan kelompok Bantengan NgrotoJoyo, video company profile ini akan ditayangkan perdana dalam acara penutupan program FBD UB di Balai Desa Ngroto. Acara tersebut dijadwalkan dihadiri oleh warga desa, tokoh masyarakat, perangkat desa, hingga anggota kelompok seni.
Momen ini menjadi puncak dari perjalanan kolaboratif antara mahasiswa dan masyarakat desa. Lebih dari sekadar penutupan program, acara ini menjadi ruang apresiasi atas karya budaya lokal yang berhasil diangkat melalui pendekatan digital.
“Kami sangat bangga karya kami bisa menjadi bagian dari proses pelestarian budaya desa kami. Ini bukan hanya tentang seni, tetapi juga tentang identitas,” tutur salah satu anggota kelompok Bantengan NgrotoJoyo.
Digitalisasi Budaya Lokal, Langkah Masa Depan
Langkah mahasiswa UB dalam memproduksi company profile Bantengan menjadi contoh penting bagaimana dunia pendidikan bisa turut berkontribusi dalam upaya pelestarian budaya. Dengan memanfaatkan media digital, kesenian tradisional tidak hanya terdokumentasi, tapi juga memiliki potensi untuk dikenal secara nasional bahkan global.
Peluang ini sejalan dengan tren saat ini di mana konten budaya lokal semakin diminati, baik oleh wisatawan, peneliti, maupun pegiat seni. Pengemasan budaya ke dalam bentuk media digital seperti video, website, hingga media sosial menjadi strategi yang efektif untuk memperluas jangkauan publikasi.
Baca Juga: Melampaui Modernitas: Menggali Orisinalitas Budaya Malang untuk Wisata Berkelanjutan
Mahasiswa Sebagai Agen Pelestari Budaya
Program FBD UB ini membuktikan bahwa mahasiswa tidak hanya menjadi pelaku akademik, tetapi juga agen perubahan sosial dan pelestari budaya. Dengan pendekatan partisipatif, mereka mampu membangun kepercayaan warga, menggali potensi desa, dan menyuarakan nilai-nilai lokal ke platform digital.
Salah satu dosen pembimbing FBD UB menyatakan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari penguatan nilai-nilai EEAT (Expertise, Experience, Authoritativeness, dan Trustworthiness) dalam praktik nyata. Mahasiswa tidak hanya belajar, tetapi juga membangun pengalaman dan kredibilitas dalam mendokumentasikan serta mempromosikan budaya lokal.
Menjaga Budaya Lewat Kolaborasi
Kreativitas mahasiswa UB dalam menghadirkan Bantengan NgrotoJoyo ke dunia digital menjadi teladan baik bagi generasi muda dan institusi pendidikan lainnya. Langkah kecil ini memiliki dampak besar dalam menjaga eksistensi budaya lokal di tengah era digital yang serba cepat dan instan.
Dengan semangat kolaborasi, nilai-nilai budaya yang hampir terlupakan bisa kembali digaungkan dan diwariskan kepada generasi berikutnya. Semoga inisiatif serupa terus tumbuh dan mendapatkan dukungan luas, baik dari akademisi, pemerintah daerah, maupun masyarakat luas.
Baca Juga: Kampung Gatot Disulap Jadi Magnet Wisata Khusus di Ngebruk













