Breaking

Suasana Jelang HUT RI ke-80, Pedagang Bendera Musiman Asal Garut Serbu Kota Batu

Menjelang peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia yang jatuh pada 17 Agustus 2025, suasana khas Agustusan mulai menghiasi berbagai sudut Kota Batu, Jawa Timur. Sejak akhir Juli, deretan lapak pedagang bendera musiman mulai menjamur di pinggir-pinggir jalan strategis, membawa semarak nuansa merah putih ke kota wisata tersebut.

Pantauan langsung pada Senin (28/7/2025) menunjukkan bahwa para pedagang telah menempati sejumlah titik ramai seperti Jalan Ir. Soekarno, Jalan Panglima Sudirman, Jalan Diponegoro, Jalan Bromo-Semeru, Jalan Hasanuddin Pesanggrahan, serta kawasan Pendem. Lapak-lapak mereka dipenuhi bendera Merah Putih berbagai ukuran, umbul-umbul, hingga aneka ornamen khas 17-an.

Yang menarik, mayoritas pedagang tersebut bukanlah warga lokal. Mereka berasal dari luar daerah, terutama dari Kabupaten Garut, Jawa Barat. Salah satu pedagang, Topan (35), menyebut bahwa sedikitnya ada 20 pedagang bendera dari Garut yang memilih berjualan di Kota Batu pada musim Agustusan tahun ini.

“Kami semua dari satu kecamatan di Garut. Setiap tahun kami datang ke sini menjelang 17 Agustus. Ini sudah jadi tradisi kami,” kata Topan saat ditemui di lapaknya di Jalan Hasanuddin.

Menurut Topan, tren jumlah pedagang asal Garut terus meningkat setiap tahun. Pada tahun 2022, hanya sekitar 15 orang yang datang ke Kota Batu untuk berdagang. Namun seiring meningkatnya permintaan dan potensi pendapatan yang menjanjikan, jumlah tersebut kini bertambah menjadi sekitar 20 orang.

“Di Jalan Hasanuddin saja dari arah pertigaan Taman Makam Pahlawan (TMP), ada enam pedagang. Belum termasuk yang di jalan-jalan lain seperti Diponegoro dan Ir. Soekarno,” jelasnya.

Para pedagang musiman ini menjadikan momentum Agustusan sebagai ladang penghasilan tambahan. Meski sifatnya musiman, omzet yang dihasilkan tak bisa dianggap remeh. Dalam satu musim, Topan mengaku bisa menjual hingga 25 kodi (500 lembar) bendera Merah Putih. Bahkan, ada rekan seprofesinya yang mampu menjual hingga 50 kodi atau lebih.

Baca Juga: Pemusatan Pelatihan Paskibraka, Arus Lalu Lintas di Jl. Gajah Mada Dialihkan dan Parkir Disterilkan

“Harga bendera mulai dari Rp10 ribu untuk ukuran kecil sampai Rp60 ribu untuk yang besar. Umbul-umbul saya jual antara Rp25 ribu sampai Rp70 ribu, tergantung panjang dan motif,” terangnya.

Topan menambahkan bahwa penjualan biasanya mulai ramai sekitar satu minggu menjelang tanggal 17 Agustus. Saat itulah banyak instansi seperti sekolah, perkantoran, hingga RT dan RW mulai mencari pernak-pernik dekorasi untuk memeriahkan peringatan kemerdekaan.

“Sekarang ini masih banyak pembeli perorangan. Instansi biasanya belakangan, seminggu sebelum 17-an baru ramai,” ujarnya.

Pedagang-pedagang ini rata-rata hanya mengandalkan momen Agustusan sebagai waktu untuk berdagang di luar daerah. Usai musim kemerdekaan berakhir, mereka biasanya kembali ke Garut dan menjalani pekerjaan utama seperti bertani, berdagang di pasar tradisional, atau bekerja serabutan.

“Buat kami ini bukan sekadar cari untung, tapi juga bagian dari semangat nasionalisme. Setiap tahun kami bawa suasana merah putih ke berbagai daerah,” ungkap Topan dengan bangga.

Pemerintah Kota Batu sendiri tidak melarang keberadaan pedagang musiman tersebut, selama mereka menaati aturan yang berlaku seperti tidak berjualan di badan jalan dan menjaga kebersihan lingkungan. Kehadiran para pedagang ini justru dinilai turut menyemarakkan peringatan HUT RI.

Seiring meningkatnya kesadaran masyarakat untuk memperingati hari kemerdekaan dengan atribut nasional, permintaan terhadap bendera dan pernak-pernik khas Agustusan diperkirakan akan terus bertahan bahkan meningkat tiap tahunnya. Para pedagang pun terus berinovasi dengan menghadirkan produk baru seperti bendera motif batik, ornamen merah putih berbahan kain daur ulang, hingga dekorasi ramah lingkungan.

Dengan semangat merayakan kemerdekaan dan mengais rezeki halal, para pedagang musiman ini menjadi bagian tak terpisahkan dari wajah Kota Batu setiap bulan Agustus. Keberadaan mereka bukan hanya meramaikan suasana, tetapi juga menjadi simbol semangat gotong royong dan nasionalisme rakyat kecil.

Baca Juga: Jalur Lumajang-Malang Lumpuh Karena Terjadi Longsor di Jalur Piket Nol