Breaking

BTN Terapkan Sistem BPI Monoline Collection, Strategi Baru Tagih Kredit Macet Lebih Efisien Di 2025

InfoMalang PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk atau BTN resmi memperkenalkan sistem pengumpulan kredit baru melalui Business Process Improvement (BPI) Monoline Collection . Sistem ini Ditempatkan langsung di bawah koordinasi kantor BTN dan ditujukan untuk meningkatkan efektivitas pengumpulan serta efisiensi biaya dalam pengelolaan pusat kredit bermasalah. Peluncuran model baru ini diharapkan mampu mempercepat pemulihan kredit macet sekaligus menjaga stabilitas bisnis perseroan di tengah tantangan ekonomi.

BPI Monoline Collection diproyeksikan akan menjadi instrumen utama BTN dalam mengatasi kredit macet, terutama di tengah risiko ekonomi global dan domestik yang belum sepenuhnya stabil. Wilayah Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara (Kanwil Jabalnusra) ditetapkan sebagai proyek percontohan pertama untuk implementasi sistem ini.

Baca Juga: Trump Kenakan Tarif 50% ke Brasil, Tegaskan Langkah Bermuatan Politik

Strategi Baru dalam Penanganan Kredit Bermasalah

Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN), Nixon LP Napitupulu, menjelaskan bahwa penerapan BPI Monoline Collection merupakan bagian dari strategi utama perseroan pada tahun 2025, khususnya dalam hal optimalisasi penagihan dan pemulihan. “Langkah penyempurnaan ini diharapkan mampu menekan rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) gross hingga ke level 3,04% pada akhir tahun,” kata Nixon dalam keterangan resmi, Minggu (3/8/2025).

Nixon menambahkan, tantangan yang dihadapi sektor perbankan saat ini sudah cukup kompleks, mulai dari dampak pandemi Covid-19, ketegangan geopolitik, perang dagang, hingga inflasi yang menekan daya beli masyarakat. “Situasi ini berimbas pada meningkatnya pemutusan hubungan kerja (PHK) dan biaya hidup, sehingga berdampak pada kualitas kredit. BTN perlu melakukan transformasi menyeluruh agar dapat menghadapi risiko tersebut,” ujarnya.

Menurutnya, biaya pengumpulan (pengumpulan) selama ini cukup tinggi akibat faktor transportasi dan tumpang-tindih proses di kantor cabang. Melalui sistem baru ini, BTN menargetkan efisiensi biaya serta peningkatan efektivitas eksekusi kredit macet. “Kami ingin menjaga biaya kredit tetap di bawah 1,2% melalui penguatan sistem pengumpulan dan perbaikan strategi pemulihan kredit,” katanya.

Transformasi Peran Cabang dan Layanan Holistik

Peluncuran BPI Monoline Collection ini juga menjadi bagian dari transformasi BTN menuju proposisi perbankan holistik. Nixon menjelaskan bahwa bank pelat merah tersebut tidak hanya fokus sebagai penyalur kredit pemilikan rumah (KPR), tetapi juga menawarkan layanan perbankan lengkap.

“Kami mengubah cabang operasional menjadi lebih fokus, baik pada pembiayaan portofolio maupun transaksi. Namun sebelum mencapai target itu, sistem collection harus dibereskan terlebih dahulu,” ujarnya.

BTN juga berupaya memperluas layanan digital, termasuk memanfaatkan teknologi untuk mendukung proses pengumpulan. “Kami melihat teknologi sebagai kunci untuk mempercepat proses collection sekaligus memberikan kemudahan bagi debitur,” lanjut Nixon.

Momentum yang Tepat untuk Transformasi

Direktur Risk Management BTN, Setiyo Wibowo, menilai bahwa transformasi ini dilakukan pada waktu yang tepat. Menurutnya, tekanan suku bunga mulai menurun dan biaya dana (cost of fund) menunjukkan tren melandai, sehingga menjadi momen strategi untuk memperkuat posisi keuangan perseroan.

“Tujuan utama kami adalah mengurangi biaya cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) yang selama ini cukup besar. Jika beban CKPN bisa ditekan, dana tersebut dapat dialihkan untuk mendukung peningkatan pendapatan dan profitabilitas,” jelas Setiyo.

BTN memiliki sekitar 2.000 staf dan tenaga di seluruh Indonesia. Transformasi ini diharapkan mampu mengoptimalkan peran mereka melalui model kerja yang lebih ringkas.

Benchmarking dengan Praktik Global

Setiyo mengungkapkan, manajemen melakukan benchmarking dengan sejumlah bank besar internasional untuk mengadopsi praktik terbaik dalam pengelolaan kredit bermasalah. Salah satu inovasi yang diterapkan adalah otomasi pengumpulan menggunakan teknologi seperti chatbot dan analitik canggih.

“Banyak bank besar di dunia telah menggunakan otomasi dan analitik dalam proses collection. Kami akan mengubah sistem dari model terdistribusi menjadi berbasis regionalisasi atau cluster-based, sehingga lebih efektif,” tutupnya.

Mendorong Keberlanjutan Bisnis

Implementasi BPI Monoline Collection juga diharapkan mampu memperkuat tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) dan mendukung inovasi bisnis berkelanjutan. BTN menekankan bahwa sistem ini tidak hanya untuk menekan angka kredit macet, tetapi juga menjaga kepercayaan masyarakat terhadap bank.

Langkah ini mendapat perhatian dari kalangan analis pasar. Menurut mereka, inisiatif tersebut bisa menjadi titik balik dalam mengoptimalkan kinerja kredit. “Jika implementasi berjalan efektif, BTN berpotensi memperbaiki kualitas aset dan meningkatkan kepercayaan investor,” ujar seorang analis yang enggan menyebutkan namanya.

Dengan kombinasi efisiensi biaya, pemanfaatan teknologi, dan transformasi layanan, BTN optimis target penurunan NPL dapat tercapai. Hal ini diharapkan memperkuat posisi sebagai bank penyalur KPR terbesar di Indonesia sekaligus meningkatkan kapabilitas dalam mengelola risiko di tengah dinamika perekonomian.

Baca Juga: Tarif Baru Trump Bikin Harga Barang Naik, Warga AS Terancam Tekor