InfoMalang – Suasana penuh semangat dan haru mewarnai keberangkatan KRI Bima Suci dari Dermaga Komando Lintas Laut Militer (Kolinlamil) Jakarta pada Rabu pagi (6/8). Kapal latih kebanggaan TNI Angkatan Laut ini mengangkut 250 Taruna Akademi Angkatan Laut (AAL) Angkatan ke-72 untuk menjalankan Latihan Praktek Pelayaran Kartika Jala Krida (KJK) 2025 menuju Padang, Sumatera Barat.
Namun yang menjadikan pelayaran tahun ini lebih istimewa dibandingkan tahun-tahun sebelumnya adalah kehadiran para peserta ASEAN Plus Cadet Sail (APCS) — program kerja sama maritim antarnegara yang memperkuat hubungan diplomasi kawasan Asia Tenggara dan negara mitra.
Kegiatan ini menjadi ajang pelatihan sekaligus penguatan karakter bagi taruna, serta sarana diplomasi lunak (soft diplomacy) Indonesia dalam bidang pertahanan maritim yang berbasis kerja sama.
Baca Juga: Penemuan Fosil Tanduk Purba Raksasa di Blora, Usia Diperkirakan 200 Ribu Tahun
Parade Roll dan Sambutan Haru Warnai Keberangkatan
Sebelum kapal bertolak, para taruna AAL bersama delegasi APCS melakukan aksi peran parade roll di atas tiang layar KRI Bima Suci. Tradisi ini menjadi simbol penghormatan sekaligus bentuk kesiapan mental dan fisik para peserta dalam lomba pelayaran panjang melintasi Samudra Indonesia.
Ratusan orang, terdiri dari keluarga, kerabat, hingga masyarakat umum tampak memadati dermaga. Mereka tampil tangan, mengabadikan momen, dan mengucapkan doa haru sembari menyaksikan kapal layar legendaris itu perlahan meninggalkan pelabuhan. Momen tersebut menjadi bukti betapa kuatnya dukungan dan harapan masyarakat terhadap generasi penerus TNI AL.
Misi Kartika Jala Krida: Pelatihan di Laut Nyata
Latihan pelayaran Kartika Jala Krida (KJK) merupakan bagian penting dari kurikulum pendidikan taruna AAL yang bertujuan untuk membentuk profesionalisme prajurit laut. Dalam pelayaran ini, para taruna akan ditempa secara langsung di atas kapal layar dengan tantangan kondisi laut yang dinamis.
Tujuannya tidak hanya meningkatkan keterampilan teknis pelayaran dan navigasi, namun juga memperkuat karakter, kepemimpinan, kerja sama tim, serta semangat juang para taruna. Mereka akan melakukan berbagai kegiatan di atas kapal, termasuk latihan navigasi, komunikasi, pengamatan cuaca, manuver kapal, hingga krisis pengelolaan.
“Latihan ini adalah aplikasi dari teori yang mereka pelajari selama di kampus. Ini adalah ajang pembentukan pejuang dan calon pemimpin TNI AL masa depan,” ujar salah satu pelatih senior AAL.
Kolaborasi Internasional Melalui Layar Kadet ASEAN Plus
Kehadiran peserta program ASEAN Plus Cadet Sail (APCS) menjadi sorotan utama dalam pelayaran tahun ini. Sebanyak 38 taruna dan perwira junior, serta 16 petugas pendamping dari 9 negara ASEAN dan 11 negara mitra, ikut serta dalam pelayaran diplomasi ini.
Mitra negara-negara yang berpartisipasi antara lain Malaysia, Singapura, Filipina, Thailand, Vietnam, Myanmar, Laos, Brunei Darussalam, dan Kamboja, serta negara mitra seperti Jepang, Korea Selatan, India, Australia, dan Amerika Serikat.
APCS menjadi platform kerja sama pertahanan maritim yang memperkuat hubungan antar akademi militer negara-negara Asia Pasifik . Kolaborasi ini membuktikan peran aktif Indonesia sebagai poros maritim dunia sekaligus pemimpin diplomasi regional di bidang pertahanan laut.
KRI Bima Suci: Kapal Latih Modern Penerus KRI Dewaruci
KRI Bima Suci-945 merupakan kapal layar latih milik TNI AL yang dibangun di galangan kapal Freire Shipyard, Spanyol, dan mulai aktif beroperasi pada tahun 2017. KRI Bima Suci menggantikan peran legendaris KRI Dewaruci , dan kini menjadi ikon baru pelayaran latihan TNI AL.
Dengan panjang mencapai 111,2 meter dan tinggi tiang utama 50 meter,KRI Bima Suci ini dilengkapi fasilitas modern seperti ruang kelas, ruang laboratorium, sistem navigasi canggih, serta penginapan untuk lebih dari 200 awak dan taruna. KRI Bima Suci tidak hanya menjadi sarana pelatihan, tetapi juga simbol diplomasi maritim Indonesia di mata dunia.
Menjalin Persahabatan, Membangun Kepemimpinan Global
Pelayaran KJK 2025 ini akan berlangsung selama beberapa minggu, melintasi wilayah perairan Indonesia bagian barat. Selama berlayar, para peserta tidak hanya belajar berlayar, tetapi juga berinteraksi, berdiskusi, dan mengenal budaya masing-masing negara.
Melalui interaksi ini, diharapkan terjalin persahabatan lintas negara, serta terbangunnya jejaring kerja sama antar calon pemimpin angkatan laut dunia di masa depan.
Sebagai negara kepulauan dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia, Indonesia memiliki kepentingan strategis untuk terus membina generasi muda TNI AL agar tangguh di laut dan mumpuni di panggung diplomasi global.















