Breaking

Kasus Stunting di Malang Sentuh 2 Ribu Anak, Ini Rencana Penanganannya

infomalang.com/ – Pemerintah Kota Malang kembali dihadapkan pada tantangan besar dalam bidang kesehatan masyarakat. Berdasarkan data Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (Dinsos-P3AP2KB), tercatat ada sekitar 2 ribu anak di Kota Malang yang memiliki risiko stunting pada tahun 2025.

Kepala Dinsos-P3AP2KB Kota Malang, Donny Sandito, menjelaskan bahwa angka tersebut diperoleh dari data Keluarga Risiko Stunting (KRS). Data ini tidak hanya mencatat anak yang sudah mengalami stunting, tetapi juga memetakan kondisi keluarga yang berpotensi besar melahirkan anak stunting.

Kondisi Keluarga Menjadi Faktor Penting

Menurut Donny, KRS mencakup berbagai faktor risiko, mulai dari ibu hamil dan menyusui yang kurang gizi, hingga kondisi lingkungan yang tidak sehat. Misalnya, keluarga yang tidak memiliki akses jamban layak atau memiliki anggota keluarga yang merokok, masuk dalam kategori risiko tinggi.

“Keluarga tanpa jamban dan orang tua yang merokok menjadi salah satu indikator yang kami masukkan dalam KRS. Kondisi ini memengaruhi kesehatan anak dan meningkatkan risiko stunting,” tegas Donny.

Ia menambahkan, pencegahan stunting tidak hanya berfokus pada anak yang sudah lahir, tetapi dimulai sejak masa kehamilan. Asupan gizi ibu hamil, kualitas lingkungan, hingga pola asuh, semua memiliki peran besar dalam menentukan tumbuh kembang anak.

Langkah Intervensi Pemerintah Kota Malang

Pemerintah Kota Malang telah mengupayakan berbagai program intervensi guna menekan angka stunting. Upaya ini melibatkan banyak pihak, mulai dari tenaga kesehatan, kader posyandu, hingga petugas pendamping keluarga (PPK).

Salah satu langkah yang dilakukan adalah memberikan bantuan makanan bergizi kepada ibu hamil, ibu menyusui, dan balita. Program ini tidak hanya memberikan bantuan fisik berupa makanan, tetapi juga edukasi gizi agar keluarga dapat mempertahankan pola makan sehat secara mandiri.

“Bantuan makanan bernutrisi adalah salah satu bentuk intervensi. Tapi yang lebih penting adalah membangun kesadaran keluarga agar bisa menjaga pola makan sehat secara berkelanjutan,” kata Donny.

Selain itu, intervensi juga dilakukan dalam bentuk pendampingan intensif. Petugas pendamping keluarga bertugas memantau perkembangan ibu hamil dan balita secara rutin. Mereka memberikan edukasi, memantau berat badan, tinggi badan, serta memberikan saran gizi yang tepat.

Baca Juga:Miliarder Kuasai Lahan, Prabowo Ingatkan Pentingnya Pangan Nasional: Pakar UB Sebut Masuki Era “Perang Pangan”

Edukasi dan Kolaborasi Antar Lembaga

Dalam upaya mengatasi stunting, edukasi masyarakat menjadi kunci penting. Pemkot Malang bekerja sama dengan berbagai organisasi, seperti PKK, karang taruna, dan komunitas lokal, untuk mengedukasi masyarakat tentang pentingnya gizi, sanitasi, dan pola hidup sehat.

Program sosialisasi dilakukan secara rutin di kelurahan dan RW, dengan fokus pada perubahan perilaku. Misalnya, kampanye berhenti merokok bagi orang tua, membiasakan mencuci tangan, dan meningkatkan konsumsi protein hewani bagi anak.

Kolaborasi juga diperluas hingga tingkat provinsi dan pusat. Pemkot Malang menunggu arahan lebih lanjut dari pemerintah pusat mengenai petunjuk teknis (juknis) terkait program makanan bergizi (MBG) untuk ibu hamil dan balita.

Tantangan dalam Penanganan Stunting

Meski berbagai program telah dijalankan, tantangan di lapangan tetap ada. Salah satu yang menjadi perhatian adalah rendahnya kesadaran masyarakat untuk mengubah kebiasaan yang tidak sehat.

“Kesadaran adalah kunci. Bantuan bisa diberikan, tetapi kalau perilaku sehari-hari tidak berubah, hasilnya akan sulit maksimal,” jelas Donny.

Selain itu, tantangan lain adalah keterbatasan anggaran dan sumber daya manusia. Meski begitu, Pemkot Malang berkomitmen untuk tetap menjalankan program pencegahan stunting secara berkelanjutan.

Harapan Pemerintah dan Masyarakat

Pemerintah Kota Malang berharap bahwa angka 2 ribu anak berisiko stunting ini bisa ditekan melalui kolaborasi semua pihak. Donny menekankan bahwa upaya pencegahan harus dimulai dari keluarga, dengan dukungan dari pemerintah, tenaga kesehatan, dan masyarakat luas.

“Mencegah stunting berarti memastikan generasi masa depan tumbuh sehat dan cerdas. Ini bukan hanya tugas pemerintah, tetapi tugas bersama,” pungkasnya.

Dengan berbagai langkah intervensi yang terstruktur, diharapkan angka stunting di Kota Malang dapat terus menurun setiap tahunnya. Peran aktif masyarakat dalam menjaga gizi dan lingkungan yang sehat akan menjadi faktor penentu keberhasilan program ini.

Baca Juga:Aksi Cepat Bea Cukai Malang Hentikan Pengiriman Miras Ilegal Asal Bali Hingga 8.049 botol