Breaking

Dokter Bondowoso Bentangkan Bendera One Piece di Rumahnya sebagai Aksi Protes, Tetap Tenang Meski Didatangi Aparat

InfoMalangSeorang dokter di Kelurahan Dabasah, Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur, menjadi sorotan publik setelah memasang bendera One Piece di rumahnya. Bendera berwarna hitam dengan gambar tengkorak khas bajak laut itu bukan sekadar hiasan, melainkan bentuk protes terhadap kebijakan pemerintah yang dinilainya tidak berpihak pada rakyat.

Dokter tersebut adalah dr. Yusdeny Lanasakti, seorang spesialis penyakit dalam yang bertugas di RSUD Koesnadi Bondowoso. Statusnya sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) tak membuatnya ragu untuk mengekspresikan sikapnya secara terbuka. Ia mengibarkan bendera tersebut pada Jumat, 1 Agustus 2025, dan hingga kini tetap membiarkannya terpasang di lantai dua rumahnya.

Baca Juga:Demo di Pati: 2 Warga Dikabarkan Meninggal Usai Ricuh di Kantor Bupati

Protes Atas Kebijakan Pajak

Saat ditemui awak media, dr. Yusdeny menjelaskan bahwa pemasangan bendera One Piece adalah bentuk ketidakpuasan terhadap kebijakan pajak yang disebutnya “ugal-ugalan” dan membebani masyarakat.

“Pemasangan bendera ini bukan ikut-ikutan tren. Ini adalah simbol perlawanan saya terhadap kebijakan pemerintah yang menurut saya tidak adil,” ujarnya tegas.

Bendera One Piece yang dikibarkan memiliki simbol Jolly Roger, yang dalam dunia fiksi identik dengan kebebasan, perlawanan, dan semangat petualangan. Bagi dr. Yusdeny, simbol itu relevan dengan pesan protesnya: berani menyuarakan pendapat meskipun menghadapi risiko.

Didatangi Aparat Koramil

Tak lama setelah bendera itu terpasang, beberapa anggota Komando Rayon Militer (Koramil) setempat mendatangi rumahnya. Mereka ingin meminta klarifikasi terkait maksud pemasangan bendera tersebut.

“Saya jelaskan langsung kepada mereka bahwa ini bentuk protes. Bukan bendera PKI, yang jelas-jelas dilarang oleh undang-undang,” katanya.

Menurutnya, kunjungan aparat berlangsung tertib dan tanpa ancaman langsung. Namun, dr. Yusdeny sadar bahwa tindakannya bisa menimbulkan konsekuensi serius, terutama karena ia adalah seorang PNS.

Siap Menanggung Risiko

Menariknya, dr. Yusdeny mengaku siap jika aksinya berujung pada pencopotan statusnya sebagai pegawai negeri. Ia mengatakan bahwa mempertahankan integritas dan menyuarakan kebenaran lebih penting dibandingkan mempertahankan jabatan.

“Seandainya mau mencabut saya sebagai PNS, saya rela. Tanpa pikir panjang,” ungkapnya.

Meski begitu, ia tetap mematuhi aturan terkait tata cara pengibaran bendera. Ia memastikan bendera One Piece tidak dipasang lebih tinggi dari Sang Saka Merah Putih.

“Bendera merah putih itu diperjuangkan bapak saya di masa kemerdekaan. Saya tidak akan berkhianat kepada perjuangan beliau. Karena itu bendera ini saya pasang di pagar lantai dua, tidak bersama atau lebih tinggi dari merah putih,” jelasnya.

Simbol Protes yang Terus Berkibar

Hingga hari ini, bendera One Piece tersebut masih terpasang di rumah dr. Yusdeny. Ia menegaskan bahwa tidak ada rencana untuk menurunkannya dalam waktu dekat. Menurutnya, tindakan ini adalah cara damai untuk menyampaikan kritik tanpa melakukan kekerasan.

“Ini cuma simbol protes. Tidak ada niat untuk meresahkan. Saya hanya ingin pemerintah tahu bahwa kebijakan mereka menyulitkan rakyat,” tegasnya.

Respon Publik dan Media Sosial

Aksi dr. Yusdeny ini mendapat beragam tanggapan. Di media sosial, banyak warganet yang mengapresiasi keberaniannya. Sebagian menganggap langkah ini kreatif, unik, dan damai. Namun, ada pula yang menilai bahwa sebagai PNS, ia seharusnya menyampaikan aspirasi melalui jalur internal, bukan lewat simbol yang bisa memicu kontroversi.

Fenomena ini juga memunculkan diskusi publik mengenai batas kebebasan berekspresi bagi aparatur negara. Beberapa pihak menilai bahwa PNS memiliki hak berpendapat, asalkan tidak melanggar aturan yang berlaku. Namun, ada juga yang berpendapat bahwa tindakan seperti ini bisa menurunkan citra netralitas ASN.

Bendera Fiksi dengan Makna Nyata

Bagi para penggemar manga dan anime, bendera One Piece melambangkan tekad, kebebasan, dan persaudaraan. Namun di tangan dr. Yusdeny, simbol ini diberi makna baru: perlawanan damai terhadap kebijakan yang dianggap memberatkan.

Ia menyadari bahwa tidak semua orang akan memahami maksud di balik aksinya. Namun, ia percaya bahwa simbol bisa berbicara lebih kuat daripada kata-kata, terutama di era digital saat ini di mana gambar dapat menyebar dengan cepat.

Harapan Akan Perubahan

Di balik aksi yang terlihat sederhana ini, tersimpan harapan besar akan adanya perubahan kebijakan yang lebih berpihak kepada rakyat. Dr. Yusdeny berharap pemerintah dapat mendengar suara kritik, baik dari masyarakat umum maupun dari kalangan profesional seperti dirinya.

“Pemerintah harus lebih peka. Pajak yang memberatkan hanya akan membuat rakyat semakin tertekan. Kita butuh kebijakan yang adil,” pungkasnya.

Meski belum jelas bagaimana akhir dari kisah ini, satu hal pasti: bendera One Piece milik dr. Yusdeny telah menjadi simbol keberanian dan keteguhan sikap, yang tidak hanya menarik perhatian warga Bondowoso, tetapi juga warganet di seluruh Indonesia.

Baca Juga:Ecoton Desak Pemkot Malang Segera Terapkan Perda Larangan Plastik Sekali Pakai