Breaking

Indonesia Jadi Magnet Baru Investor Tiongkok, Targetkan Pasar Lokal dan Lepas dari Tarif AS 2025

infomalang.com/ – Dalam beberapa tahun terakhir, arus investasi dari Tiongkok ke Indonesia terus menunjukkan tren positif. Gelombang baru investor ini tidak hanya datang untuk memperluas jaringan bisnis, tetapi juga sebagai strategi untuk menghindari tarif impor tinggi dari Amerika Serikat.

Tarif bea masuk AS untuk barang dari Tiongkok kini melebihi 30%, angka yang dianggap memberatkan pelaku usaha. Sebaliknya, tarif untuk barang dari Indonesia berada di kisaran 19%, sama dengan Malaysia, Filipina, dan Thailand, serta sedikit lebih rendah dari Vietnam yang dikenai tarif 20%. Perbedaan tarif ini menjadi salah satu alasan mengapa Indonesia mulai dilirik sebagai tujuan investasi yang menjanjikan.

panorama proyek investor tiongkok

Indonesia Punya Daya Tarik Lebih

Gao Xiaoyu, pendiri firma konsultan lahan industri PT Yard Zeal Indonesia, mengaku menerima banyak permintaan dari perusahaan-perusahaan Tiongkok yang ingin membuka atau memperluas usaha di Indonesia. Sejak mendirikan perusahaannya pada 2021 dengan empat karyawan, kini Gao memimpin lebih dari 40 orang, menandakan meningkatnya minat investor asing.

“Kami rapat dari pagi sampai malam. Kawasan industri pun semakin sibuk,” ujar Gao.

Selain menghindari tarif tinggi, potensi pasar Indonesia menjadi magnet tersendiri. Sebagai ekonomi terbesar di Asia Tenggara dan negara berpenduduk terbesar keempat di dunia, Indonesia menawarkan pasar konsumen domestik yang luas. Dengan pertumbuhan ekonomi 5,12% pada kuartal kedua 2025—tertinggi dalam dua tahun terakhir—kepercayaan investor semakin menguat.

Dukungan Infrastruktur dan Demografi

Menurut Zhang Chao, produsen lampu depan sepeda motor asal Tiongkok, membangun basis bisnis di Indonesia sama artinya dengan menguasai separuh pasar Asia Tenggara. Pasar sepeda motor di Indonesia sendiri adalah yang terbesar ketiga di dunia, memberi peluang besar bagi produsen otomotif dan komponen.

Mira Arifin, Country Head Bank of America untuk Indonesia, menambahkan bahwa daya tarik utama negara ini terletak pada sumber daya manusia yang besar dan demografi yang muda. “Investor Tiongkok melihat potensi membangun skala bisnis dengan cepat di Indonesia,” ungkapnya.

Faktor demografi ini menjadi keunggulan kompetitif yang sulit disaingi negara tetangga. Populasi muda yang dinamis tidak hanya menyediakan tenaga kerja potensial, tetapi juga menjadi basis konsumen yang terus berkembang.

Baca Juga:Operasi Gabungan di Malang Amankan 6.767 Bungkus Rokok Ilegal dari Empat Lokasi

Dukungan Hubungan Diplomatik

Pemerintah Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto juga terus memperkuat hubungan bilateral dengan Tiongkok. Kunjungan kenegaraan ke Beijing pada November lalu dan penyambutan Perdana Menteri Tiongkok Li Qiang di Jakarta pada Mei 2025 menjadi bukti kedekatan ini.

Data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat, investasi dari Tiongkok dan Hong Kong ke Indonesia mencapai 8,2 miliar dolar AS dalam enam bulan pertama 2025, naik 6,5% dibanding periode yang sama tahun lalu. Sementara itu, total investasi asing langsung (FDI) Indonesia tumbuh 2,58% menjadi Rp 432,6 triliun. Pemerintah optimistis tren ini akan berlanjut pada paruh kedua tahun ini.

Tantangan yang Perlu Diatasi

Meski prospeknya cerah, Indonesia tetap menghadapi sejumlah tantangan yang harus diperhatikan investor. Hambatan regulasi, birokrasi yang kompleks, pembatasan kepemilikan asing, infrastruktur yang belum merata, dan belum lengkapnya rantai pasokan industri masih menjadi pekerjaan rumah besar.

Selama ini, Tiongkok berhasil menjadi “bengkel dunia” berkat rantai pasokan industri yang terintegrasi dengan baik. Indonesia masih perlu mempercepat pembangunan infrastruktur logistik dan industri pendukung agar bisa bersaing secara maksimal.

Namun, dengan komitmen pemerintah terhadap reformasi dan pembangunan, investor menilai tantangan tersebut dapat diatasi seiring waktu.

Prospek Masa Depan

Gelombang investasi Tiongkok ini diperkirakan akan membawa dampak positif bagi perekonomian nasional, mulai dari penciptaan lapangan kerja, transfer teknologi, hingga peningkatan daya saing industri lokal.

Jika Indonesia mampu memanfaatkan momentum ini dengan menyediakan regulasi yang lebih ramah investasi, mempercepat pembangunan infrastruktur, dan memperkuat ekosistem industri, peluang untuk menjadi pusat manufaktur baru di kawasan Asia Tenggara semakin terbuka lebar.

Dengan kondisi geopolitik global yang dinamis, langkah strategis Tiongkok masuk ke Indonesia bukan hanya soal menghindari tarif AS, tetapi juga mengamankan akses ke pasar domestik yang besar dan tumbuh cepat.

Baca Juga:5 Petarung Tarung Derajat Malang Siap Berlaga di PON, Targetkan Medali Emas