MALANG, Jawa Timur – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Malang membeberkan serangkaian strategi jitu untuk mencapai target ambisius panen tebu pada tahun 2025. Dengan target produksi mencapai 4,29 juta ton lebih, Pemkab Malang berupaya keras untuk meningkatkan produktivitas guna mendukung ketahanan pangan nasional, khususnya dalam hal swasembada gula. Rencana ini menunjukkan komitmen kuat pemerintah daerah dalam mengelola sektor pertanian tebu yang menjadi salah satu tulang punggung ekonomi wilayah.
Strategi Jitu Menggandeng Petani dan Memilih Bibit Unggul
Menurut Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan Kabupaten Malang, Avicenna Medisica, salah satu strategi utama adalah dengan menggandeng para penyuluh pertanian lapangan (PPL). Para PPL ini memiliki peran krusial dalam memberikan pendampingan intensif kepada para petani. Pendampingan ini mencakup berbagai aspek, mulai dari teknik penanaman yang lebih efektif hingga penanganan hama dan penyakit yang bisa mengganggu produktivitas.
“Target tahun ini 4.296.880 ton, kalau di 2024 produksinya 4.212.627 ton tebu, untuk meningkatkan itu kami lakukan pendampingan melalui peran PPL,” kata Avicenna. Keterlibatan langsung di lapangan dengan para petani ini sangat penting untuk memastikan bahwa setiap upaya peningkatan produktivitas dapat terealisasi secara merata. Pendampingan ini juga menjadi jembatan komunikasi antara pemerintah dan petani, memungkinkan masalah di lapangan bisa diidentifikasi dan diselesaikan dengan lebih cepat.
Baca Juga:Perang Tarif Trump: Dunia di Ujung Tanduk!
Selain pendampingan, upaya lain yang dilakukan adalah dengan memperbaiki kualitas benih tebu. Avicenna menambahkan bahwa pihaknya telah menyiapkan varietas tebu Cening untuk ditanam di lahan pertanian. Varietas ini disebut-sebut memiliki produktivitas hasil tanam yang jauh lebih tinggi dibandingkan varietas lain yang umum ditanam di sana, seperti Bululawang (BL) dan Pringu. “Lebih tinggi (Cening) bisa sampai 180 ton per satu hektare. (BL dan Pringu) provitas (hasil) 100-120 ton per hektare,” jelasnya. Penggunaan benih unggul seperti varietas Cening ini diharapkan dapat memberikan lonjakan signifikan pada total produksi tebu di Kabupaten Malang.
Peningkatan Luas Lahan Tanam dan Realisasi Panen
Selain fokus pada produktivitas per hektar, Pemkab Malang juga berupaya meningkatkan luas lahan tanam. Pada tahun 2024, realisasi tanam tebu mencapai 47.016 hektare, dan untuk tahun 2025, angka ini diprediksi akan meningkat menjadi 48.128 hektare. Peningkatan luas lahan ini, dikombinasikan dengan penggunaan benih unggul, menjadi formula yang efektif untuk mencapai target produksi.
Panen raya tebu di Kabupaten Malang biasanya berlangsung pada bulan Agustus hingga September. Meskipun demikian, hasil panen pada paruh pertama tahun ini (Januari-Juni 2025) sudah mencapai 804.706 ton. Rata-rata setiap panen raya di wilayah ini bisa menghasilkan 90 ton per hektare, angka yang cukup menjanjikan.
Tebu dari Kabupaten Malang memiliki peran penting dalam industri gula di Jawa Timur. Hasil panen didistribusikan ke dua pabrik gula utama, yaitu Pabrik Gula (PG) Krebet dan PG Kebonagung. Avicenna menyebutkan bahwa estimasi pasokan tebu untuk PG Kebonagung dan PG Krebet masing-masing 25 persen, sisanya sebagian dikirimkan ke pabrik gula di beberapa daerah lain, seperti Kabupaten Kediri, Blitar, dan Pasuruan. Diversifikasi distribusi ini menunjukkan peran vital Kabupaten Malang sebagai salah satu pemasok tebu terbesar di Jawa Timur.
Kondisi Pasar dan Komitmen Pabrik Gula
Harga tebu di pasaran, kata Avicenna, cenderung fluktuatif. “Kalau tahun lalu tertinggi mencapai Rp130 ribu per kuintal,” ujarnya. Fluktuasi harga ini menjadi tantangan tersendiri bagi para petani, namun dengan dukungan pemerintah daerah diharapkan mereka bisa tetap mendapatkan harga yang menguntungkan.
Kepala Subseksi Personalia dan Umum PG Kebonagung, Rakhmadi Iffat, menambahkan bahwa target mereka pada musim giling tahun ini paling tidak bisa menyamai tahun sebelumnya. “Bisa hasilnya sama dengan tahun lalu kurang lebih 15 ribu ton,” katanya. Ia juga memperkirakan bahwa stok gula di pabriknya masih mencapai sekitar 11-12 ribu ton. Gula ini nantinya akan didistribusikan ke distributor besar yang kemudian menyalurkannya ke pasar.
Rakhmadi juga menyatakan bahwa tren penjualan gula di pasaran mulai merangkak naik, setelah sebelumnya sempat mengalami penurunan. “Situasi seperti ini bisa dirunut dari Juli itu sudah terlihat trennya turun, tetapi kalau sekarang sudah mulai merangkak naik,” katanya. Tren positif ini memberikan optimisme bagi seluruh pihak, dari petani hingga pabrik gula, bahwa permintaan akan terus stabil.
Secara keseluruhan, strategi yang dipaparkan oleh Pemkab Malang menunjukkan pendekatan yang terintegrasi dan realistis. Dengan fokus pada peningkatan kualitas benih, pendampingan petani, dan perluasan lahan, Pemkab Malang optimis dapat mencapai target produksi tebu 2025. Keberhasilan ini tidak hanya akan menguntungkan petani lokal, tetapi juga berkontribusi besar terhadap pencapaian target swasembada gula nasional.
Baca Juga:20 Rekomendasi Nama Kelas Aesthetic IPS dengan Konsep Modern dan Futuristik















