infomalang.com/ – Gunung Bromo di Jawa Timur bukan hanya terkenal karena panorama alamnya yang memukau, tetapi juga menyimpan sejarah dan mitos yang lekat dengan budaya masyarakat sekitar. Keindahan lautan pasir, kawah aktif, serta pemandangan matahari terbit memang menjadi daya tarik utama, namun nilai historis dan kisah mistis Gunung Bromo menjadikannya lebih dari sekadar destinasi wisata alam. Artikel ini akan mengulas sejarah serta mitos yang berkembang di kawasan Bromo, sehingga wisatawan bisa lebih memahami makna mendalam di balik gunung legendaris ini.
Asal Usul Nama Gunung Bromo
Nama “Bromo” berasal dari kata “Brahma”, salah satu dewa utama dalam ajaran Hindu yang melambangkan penciptaan alam semesta. Hal ini tidak terlepas dari pengaruh Kerajaan Majapahit dan perkembangan Hindu di Jawa Timur pada masa lampau. Bagi masyarakat Tengger yang mendiami kawasan sekitar Bromo, gunung ini dianggap suci dan memiliki nilai spiritual tinggi. Oleh karena itu, hingga kini masyarakat setempat tetap menjunjung tradisi yang berkaitan erat dengan keberadaan Gunung Bromo.
Peran Gunung Bromo dalam Sejarah Suku Tengger
Suku Tengger adalah kelompok masyarakat asli yang tinggal di kawasan Bromo-Tengger-Semeru. Sejarah mereka erat kaitannya dengan runtuhnya Kerajaan Majapahit pada abad ke-15. Banyak keturunan Majapahit yang mengungsi ke pegunungan Tengger untuk melestarikan kepercayaan Hindu. Gunung Bromo kemudian dijadikan pusat kegiatan ritual mereka, termasuk upacara persembahan untuk meminta kesuburan tanah dan keselamatan. Hingga kini, jejak sejarah itu masih terlihat dari berbagai tradisi yang tetap dilestarikan.
Mitos Legenda Roro Anteng dan Joko Seger
Salah satu mitos paling terkenal dari Gunung Bromo adalah legenda Roro Anteng dan Joko Seger. Konon, pasangan ini tidak dikaruniai keturunan meski telah lama menikah. Mereka kemudian bersemedi di Gunung Bromo dan memohon kepada dewa. Doa mereka terkabul dengan syarat anak bungsu harus dikorbankan ke kawah Bromo sebagai tanda pengabdian.
Setelah dianugerahi 25 anak, pasangan tersebut akhirnya menepati janji dengan mengorbankan anak bungsu mereka, Kesuma, ke kawah gunung. Dari kisah inilah lahir tradisi Yadnya Kasada, yaitu ritual persembahan masyarakat Tengger yang berlangsung setiap tahun di kawah Gunung Bromo. Ritual ini bukan lagi berupa pengorbanan manusia, melainkan hasil bumi, ternak, dan sesajen sebagai ungkapan syukur serta penghormatan kepada leluhur.
Tradisi Yadnya Kasada
Upacara Kasada yang dilaksanakan pada bulan ke-12 kalender Tengger menjadi bukti nyata bagaimana mitos Roro Anteng dan Joko Seger terus hidup hingga sekarang. Dalam ritual ini, ribuan masyarakat Tengger berkumpul di Pura Luhur Poten sebelum berjalan menuju kawah Gunung Bromo. Sesajen berupa sayuran, buah, hasil ternak, dan uang dilemparkan ke kawah sebagai simbol pengorbanan.
Menariknya, sebagian masyarakat bahkan rela turun ke kawah dengan jaring untuk mengambil sesajen tersebut. Mereka percaya hasil tangkapan itu bisa membawa berkah dan keberuntungan. Fenomena ini menambah daya tarik wisata Bromo, karena wisatawan bisa menyaksikan langsung perpaduan antara budaya, spiritualitas, dan keindahan alam.
Makna Spiritual Gunung Bromo bagi Wisatawan
Selain daya tarik mitos dan sejarahnya, Gunung Bromo memiliki makna spiritual yang mendalam. Bagi masyarakat Tengger, Bromo adalah pusat kehidupan, tempat memohon kesuburan, dan simbol pengorbanan. Sementara bagi wisatawan, Bromo bukan hanya destinasi untuk menikmati keindahan sunrise, melainkan juga ruang untuk merenung, memahami kearifan lokal, dan menghargai hubungan antara manusia dengan alam.
Gunung Bromo tidak hanya menawarkan panorama menakjubkan, tetapi juga menyimpan sejarah dan mitos yang memperkaya pengalaman wisata. Kisah Roro Anteng dan Joko Seger serta tradisi Yadnya Kasada menjadikan Bromo sebagai destinasi yang unik, di mana alam, budaya, dan spiritualitas berpadu menjadi satu. Mengunjungi Gunung Bromo berarti menyelami lebih dalam warisan budaya Suku Tengger yang tetap lestari hingga kini. Jadi, jika Anda berencana liburan ke Bromo, sempatkanlah untuk memahami sisi historis dan mitologisnya agar perjalanan Anda semakin berkesan.
Baca juga: Kawasan Stasiun Kota Baru Dipadati Penyewa Motor saat Musim Liburan dan Awal Masuk Kuliah












